TANDA Umat Muslim Menunjukan KECINTAAN DAN PENGHORMATAN TERHADAP AL-Quran. Akhir-akhir ini. Sebuah video diperlihatkan kepada saya berkenaan dengan seorang Maulwi Afrika yang mengajarkan Al-Quran kepada orang-orang dewasa dan memukuli mereka tanpa ampun jika mereka berbuat kesalahan kecil.
Seseorang yang bahasanya bukan bahasa Al-Qur'an
(bahasa Arab) dan pada saat yang sama telah berusia dewasa, yaitu
sudah berumur 17-18 tahun atau bahkan lebih dari pada itu, tidak dapat
melafalkan setiap huruf dengan tepat seperti halnya para Qurra-a
(seseorang yang telah dilatih untuk menilawatkan Al-Quran, yang dalam
bentuk tunggal disebut Qari).
Sebagai dampak dari sikap seperti itu
maka orang-orang menghindari membaca/mempelajari Al-Quran dan inilah
penyebab banyaknya orang Islam bukan Arab yang tidak tahu/tidak mampu
bagaimana cara membaca Al-Quran. Jika kaum Muslimin hendak mempelajari
Al-Quran maka mereka harus melakukannya dengan cara-cara yang dapat
menciptakan kecintaan dan kegemaran untuk membacanya.
Beberapa waktu belakangan ini ada seorang wanita Jepang yang bermukim
di UK (Inggris) dan telah berbaiat. Ia mengunjungi saya. Ia berkata
bahwa dengan karunia Allah Ta'ala ia telah mengkhatamkan Al-Quran
untuk pertama kalinya dalam 3 tahun dan berkeinginan untuk
membacakannya di hadapan Saya.
Ia membacanya dengan cara yang sangat menyentuh. Memang, poin utamanya adalah kecintaan terhadap Al-Quran
dan membacanya dengan cara yang menyentuh. Tujuannya bukanlah hanya
untuk melantunkan suara supaya menyerupai seorang Qari (pembaca
Al-Qur'an yang terlatih baik). Allah Ta'ala memerintahkan untuk
membaca Al-Quran dengan tartil, seraya direnungkan dan dengan
pelafalan yang sebaik-baiknya.
Tidaklah mudah untuk melafalkan Al-Quran seperti orang-orang Arab.
Beberapa huruf hijaiyyah tidak dapat dilafalkan dengan tepat oleh
orang-orang non-Arab kecuali jika mereka dibesarkan di kalangan
orang-orang Arab. Orang-orang Jepang juga tidak mampu melafalkan
beberapa huruf secara tepat. Memang, wanita Jepang ini juga tidak
dapat melafalkan beberapa huruf dengan tepat. Ia tidak mampu
membedakan pelafalan antara huruf الحاء ha dengan الخاء kha. Kala ia
membaca huruf kha terdengar seperti huruf ha. Namun mendengarkannya
membaca Al-Quran memberikan kesan bahwa sungguh menyulitkan bagi
beberapa orang Jepang – meskipun tidak bisa dikatakan semua orang
Jepang – merasa sulit untuk melafalkan beberapa huruf hijaiyyah. Poin
utamanya adalah kecintaan terhadap firman Allah Ta'ala, dan seseorang
sedapat mungkin sesuai kemampuannya membacanya secara benar; dan bukan
hanya dengan cara menjadikan seseorang seperti Qari (pembaca Al-Qur'an
yang terlatih baik) dan mengikuti musabaqah tilawatil qur'an (lomba
baca Al-Qur'an). Allah Ta'ala dan rasul-Nya saw memandang dengan penuh
kasih sayang terhadap kalimat "أسهد" 'ashadu' yang diucapkan oleh
Hadhrat Bilal ra [saat adzan di masa Nabi saw], bukan kalimat "أشهد"
asyhadu' [Hadhrat Bilal ra sebagai orang 'Ajam (bukan Arab) tidak
dapat melafalkan beberapa huruf Hijaiyyah dengan baik.] Tidak ada
seorang Qari atau seorang Arab pun yang sebanding dengan Hadhrat Bilal
ra dalam hal kasih sayang dan kecintaan yang beliau dapatkan dari
Allah Ta'ala dan rasul-Nya saw itu.
Orang-orang dari berbagai agama sedang masuk ke dalam Jemaat ini dan
sejumlah besar umat Islam tidak tahu bagaimana membaca Al-Quran.
Banyak dari antara para mubaligh kita dihadapkan pada situasi demikian
di Afrika. Para guru Al-Quran hendaknya mengajarkannya dengan suatu
metode sehingga dapat menanamkan kecintaan dan kegemaran untuk
mempelajarinya. Semoga Allah Ta'ala memberikan ganjaran kepada wanita
Pakistani yang tidak hanya mengajarkan wanita Jepang ini cara membaca
Al-Quran namun juga menanamkan kecintaan terhadap Al-Quran di dalam
dirinya! Tujuan utamanya adalah bukan untuk menilawatkan Al-Quran
seperti Qari; tentu penting untuk terus membaca Al-Quran dengan cara
yang semakin baik. Namun tidak benar untuk berhenti membacanya hanya
karena tidak dapat melafalkan beberapa huruf Hijaiyyah. Apa yang
hendaknya kita lakukan adalah upaya untuk memperbaiki cara pelafalan
kita sebaik mungkin yang mendekati bunyi aslinya dan senantiasa terus
meningkatkan kualitas kita dalam hal tersebut.
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra bersabda bahwa tidaklah benar untuk berupaya
melafalkan setiap kata Al-Quran seperti seorang Qari. Hal demikian
karena Allah Ta'ala tidak memberikan kita yang 'Ajam (bukan Arab),
kapasitas/kemampuan untuk itu. Beliau ra bersabda bahwa almarhum ayah
dari salah seorang istri beliau, Ummi Tahir sangat bersemangat
mengajarkan Al-Quran dan telah menyewa pengajar bagi anak-anak mereka.
"Para pengajar ini sangat tergesa-gesa dan seringkali memukul kami
(Ummi Tahir dan saudara-saudaranya) jika kami membuat kesalahan.
Mereka akan menyela/memasukkan diantara jari-jari kami dengan ranting
kayu lalu menekannya jika kami salah dalam melafalkan huruf. (seperti
dilakukan oleh sebagian Ustadz/guru ngaji jaman sekarang) Dialek kami
sebagai orang-orang Punjab membuat kami tidak mampu melafalkan
kalimat-kalimat bahasa Arab secara tepat dan benar."
Sebagaimana yang dikisahkan pada khotbah Jumat sebelum ini bahwa suatu
kali seorang Arab datang menemui Hadhrat Masih Mau'ud as. Di
tengah-tengah percakapan, ia mendengar beliau as mengucapkan dua atau
tiga kali suatu huruf Hijaiyyah (yaitu huruf dhaadh الضاد) dalam logat
Punjabi, ia lalu berkata bahwa bagaimana beliau as dapat menjadi
seorang Almasih jika tidak dapat mengucapkan huruf tersebut.
Orang Arab tersebut berlaku sangat tidak sopan dan menyerang secara
kata-kata padahal setiap bangsa/negeri mempunyai logatnya
masing-masing. Bangsa Arab sendiri yang menyatakan diri bahwa
merekalah yang dapat mengucapkan huruf الضاد 'dhaadh' secara benar
yang berarti bangsa Hindi/India tidak dapat melakukannya. Hadhrat
Mushlih Mau'ud as bersabda bahwa orang-orang India melafalkan huruf
الضاد 'dhaadh' dalam 2 cara dengan makhraj yang berbeda, yaitu دال
daal dan زاي zaay padahal makhraj huruf الضاد 'dhaadh' bukan itu. Jika
bangsa Arab mengatakan bahwa hanya mereka yang dapat membunyikan huruf
'Dhat', lalu untuk apa mereka mengkritik orang selain mereka?
Para Ahmadi yang berbangsa Arab hendaknya memperhatikan hal ini.
Sebagian besar mereka memahaminya namun sebagian yang lain memiliki
sifat sombong. Di sini (di UK/Inggris) ada seorang wanita Ahmadi Arab
yang menikah dengan seorang Ahmadi Pakistan. Nyonya tersebut
menganggap diri telah mengeluarkan suara huruf-huruf Hijaiyyah dari
mulutnya dengan lafal yang benar padahal tidak sempurna/sepenuhnya
benar. Jika ia hanya diam dan menyimpannya bagi dirinya sendiri, maka
saya tidak akan menceritakan hal ini. Tetapi saya diberitahu/mendapat
laporan bahwa di beberapa majelis pertemuan ia berbicara dengan nada
mengejek orang-orang Pakistan serta berkata, "Orang-orang Pakistan
tidak dapat melafalkan huruf Hijaiyyah dengan tepat, tidak bisa/tidak
dapat membaca Al-Quran dan orang-orang Arab senantiasa mengolok-olok
orang-orang Pakistan dalam hal ini."
Saya (Hadhrat Khalifatul Masih V atba) tidak bermaksud
mengatakan/tidak berkeyakinan bahwa seluruh orang Arab/setiap orang
dari bangsa Arab melontarkan cacian seperti ini. Mungkin yang dimaksud
ialah keluarga wanita Arab itu yang menikah dengan yang bukan Arab.
Islam mengajarkan kita bagaimana harus memenangkan/melapangkan hati
segala etnis (suku bangsa) dan menjadikan mereka akrab dengan firman
Allah Ta'ala bahkan juga menanamkan kecintaan terhadap Al-Quran di
dalam hati mereka. Namun demikian, orang-orang senantiasa membacanya
dengan logat mereka masing-masing dan karena kecintaannya terhadap
Al-Quran, mereka senantiasa berusaha membacanya dengan sebaik-baiknya.
Memang, hendaknya perhatian diberikan untuk membaca Al-Quran dengan
tepat seraya merenungkannya. Mereka yang mengetahui cara pelafalannya
yang benar dan mampu membantu hendaknya senantiasa membantu yang lain
bukannya melontarkan ejekan kepada mereka. Mereka yang mempu
melafalkan secara tepat dan benar harus senantiasa ingat bahwa tiap
orang dari suku bangsa dan kabilah yang berbeda-beda yang memiliki
dialek khusus dan tiap orang dari mereka tidak dapat melafalkan tiap
huruf Arab secara tepat.
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra meriwayatkan suatu kisah yang terkenal
tentang seorang lelaki yang sangat pengecut yang mengira bahwa dirinya
merupakan seorang pemberani. Ia pergi ke tukang tato dan memintanya
untuk menggambar seekor singa di badannya. Adalah kebiasaan di masa
lalu bahwa para pemberani suka membuat tato untuk menunjukan
keberanian mereka. Tukang tato pun melakukan pekerjaannya. Ketika ia
menusuk jarumnya, si pengecut ini bertanya bahwa apa yang akan ia
gambar terlebih dahulu? Tukang tato itu menjawab bahwa ia akan
menggambar ekor singa. Lelaki tersebut berkata bahwa seekor singa bisa
menjadi singa tanpa ekornya. Tukang tato itu membenarkannya. Lalu
lelaki itu memintanya untuk tidak menggambar ekor singa. Tukang tato
kemudian menusuk jarumnya lagi dan lelaki itu bertanya lagi apa yang
hendak ia gambar? Tukang tato menjawab bahwa ia akan menggambar kaki
depan kanan singa. Lelaki itu berkata bahwa seekor singa masih dapat
menjadi singa tanpa kaki depan kanan. Tukang tato membenarkannya.
Lelaki tersebut memintanya untuk tidak menggambar kaki depan kanan
singa. Hal ini berlanjut ke kaki depan kiri, kaki belakang kanan dan
kiri. Pada akhirnya tukang tato tersebut berhenti dan berkata bahwa
tidak ada yang dapat digambar.
Setelah mengisahkan ini, Hadhrat Mushlih Mau'ud ra bersabda, "Kondisi
Islam saat ini juga cukup serupa. Para pemimpin Muslim serta para
ulama mengangkat beragam slogan, wacana dan diskursus namun pada
praktek perbuatannya tidak ada. Cara mereka menasehati orang-orang
juga tidak ada hubungannya dengan ajaran Islam tatkala mereka meminta
orang-orang untuk meninggalkan ini dan itu sesuai dengan kebenaran
mereka sendiri; ringkasnya mereka menyelamatkan diri masing-masing
dari banyak hal."
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra menyajikan contoh lain dalam konteks yang
sama ini. Kakek beliau dari pihak ibu, Mir Nashir Nawwab (putra
seorang penyair sufi terkenal Mir Dard dari Delhi), berkata bahwa
beliau sangat imut sewaktu kecil. Beliau menceritakan, "Pada musim
mangga, orang tua beserta saudara-saudara saya duduk bersama di suatu
pagi untuk makan mangga. Saya menyimpan mangga yang manis dengan dalih
bahwa mangga itu asam. Ketika semua mangga telah habis, saya akan
berkata, 'Ah, saya masih lapar. Jadi saya akan makan mangga yang asam
itu juga.' Suatu ketika, saudara saya yang lebih tua berkata, 'Saya
juga masih lapar, jadi saya juga ingin memakan mangga yang asam itu.'
Akhirnya ia mengetahui bahwa mangga tersebut sebenarnya manis.
Demikian pula kondisi umat Islam saat ini. Jika mereka yang ingin
memaksakan syariah juga keadaannya seperti itu maka bagaimana pula
dengan mereka yang tidak dekat/akrab dengan ajaran Islam. Mereka
memaksakan penegakan syariah seraya mengesampingkan beberapa hal bagi
keuntungan diri mereka dengan cara mempedayai. Sementara kisah kakek
Hadhrat Mushlih Mau'ud dari pihak ibu ini bersifat kekanak-kanakan,
namun para pemimpin Muslim ini melakukan kesalahan tersebut dengan
sengaja. Mereka yang tidak tahu apa-apa tentang Islam tidak akan
membiarkan sesuatu pun, baik itu daging dan juga tulangnya, tetapi
akan melahap segala sesuatunya, bahkan jika itu sia-sia/salah.
Penjarahan dan perampasan atas nama Islam pada zaman ini mereka
izinkan demi keinginan pribadi sebagaimana kita lihat di tiap tempat
dan pemandangan ini merajalela. Ini merupakan tragedi besar bagi Islam
pada masa ini. Disebabkan para pemimpin agama seperti itu, umat Muslim
selebihnya sibuk dalam perampasan dan pembunuhan atas nama Islam.
Karena ulah para pemimpin agama seperti ini, maka muncul beberapa
kelompok dan organisasi tertentu yang sedang menyebarkan kekejaman.
Semoga Allah mengasihani umat Muslim.
Kemudian, Hadhrat Mushlih Mau'ud ra menarik perhatian para anggota
Jemaat ke arah bagaimana agar dapat meninggikan tingkat keimanan
dengan memperbaiki keadaan kerohanian. Beliau ra bersabda bahwa jika
kalian menanamkan ketakwaan dan keshalehan serta menanamkan kebiasaan
shalat dan berdzikir kepada Allah Ta'ala, memanjatkan shalawat dan
mendirikan tahajjud, niscaya Allah Ta'ala akan memberkati kalian
dengan mimpi dan kasyaf yang benar serta akan berbicara kepada kalian.
Suatu mukjizat yang hidup merupakan sesuatu yang seseorang rasakan
secara pribadi. Tidak diragukan lagi Hadhrat Ibrahim, Hadhrat Musa dan
Hadhrat Isa as menunjukan banyak mukjizat namun mukjizat yang besar
bagi seseorang hanyalah mukjizat yang ia rasakan secara pribadi.
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra menyajikan contoh keteladanan dalam hal
kemajuan iman dan penyaksian seseorang atas Tanda kebenaran di dalam
dirinya sendiri. Dalam hal ini beliau as menceritakan perihal Hadhrat
Tn. Sahibzada Abdul Latif Syahid. Setelah menerima Ahmadiyah, Hadhrat
Tn. Sahibzada Abdul Latif Syahid pulang dari Qadian ke kampung
halamannya, Kabul (Afghanistan). Gubernur Kabul memintanya untuk
bertaubat. Tn. Sahibzada mengatakan padanya bahwa sebelum ia
meninggalkan Qadian, ia telah bermimpi bahwa ia akan diborgol.
Lalu bagaimana ia akan mengubah pendiriannya setelah Allah Ta'ala
mengatakan padanya bahwa ia akan diborgol di jalan-Nya! Keyakinannya
yang teguh ini berasal dari apa yang ia telah rasakan secara pribadi
di dalam mimpi. Ringkasnya, jika seseorang mempunyai iman yang kuat
dan terjalin hubungan dengan Allah Ta'ala maka ia takkan takut kepada
orang-orang duniawi.
Selanjutnya, Hadhrat Mushlih Mau'ud ra menyajikan contoh lain. Hadhrat
Tn. Sufi Ahmad Jan Ludhianwi merupakan seorang saleh dan yang sangat
bertakwa di kalangan orang-orang di masanya. Suatu kali Maharaja Jammu
memintanya untuk berkunjung untuk mendoakannya namun ia menjawab,
"Jika engkau meminta saya untuk mendoakan engkau, maka engkau harus
datang mengunjungi saya. Mengapa saya yang harus datang kepada Anda?"
Oleh karena itu, jika seseorang mempunyai hubungan dengan Allah Ta'ala
maka ia takkan takut kepada siapa pun. Hadhrat Mushlih Mau'ud ra
menyebutkan bahwa betapa orang-orang [di India masa itu] sangat
menghargai dan menghormati Hadhrat Masih Mau'ud as sebelum pendakwaan
beliau as. Kita tahu bahwa ketika Barahin Ahmadiyah diterbitkan,
ratusan ribu orang memandang Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as dengan
pandangan yang sangat baik.
Tn. Sufi merupakan salah seorang diantara kesaksian mereka itu namun beliau wafat sebelum Hadhrat Masih Mau'ud
as menyatakan pendakwaannya. Tn. Sufi memiliki kecintaan yang mendalam
terhadap Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. Tn. Sufi menulis bait syair
Urdu kepada Hadhrat Masih Mau'ud as (Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as)
dalam sebuah surat:
'Kami semua yang sedang sakit ini hanya melihat Anda semata, Karena
Tuhan, jadilah Anda Al-Masih!' Tak diragukan lagi bahwa hal ini merupakan indikasi pandangan jauh ke
depan Tn. Sufi yang adalah seorang Waliullah yang secara jeli dan
tajam melihat bahwa Hadhrat Masih Mau'ud as adalah seorang yang
dijanjikan, baik beliau as mendakwakan diri atau pun tidak. Dan
sebelum kewafatannya, ia menasehati keluarganya untuk menerima beliau
as ketika beliau menyampaikan pendakwaannya. Para ulama lain yang
meskipun tidak memiliki pandangan seperti Hadhrat Sufi Sahib, biasa
mengatakan bahwa hanya Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as yang dapat
menyelamatkan Islam.
Namun, ketika Hadhrat Masih Mau'ud as memberikan pendakwaannya dan
memberikan obat penawar, semua orang terkemuka menolak dan berkata apa
yang mereka anggap sebagai emas telah menjadi tembaga. Meskipun ia
memiliki ratusan ribu orang murid, namun hanya 40 orang yang berbaiat
pertama kali kepada Hadhrat Masih Mau'ud as. Padahal Maulwi Sanaullah
(yang di kemudian hari menjadi penentang) pernah menulis bahwa ia
telah berjalan ke Qadian untuk berjumpa dengan Hadhrat Masih Mau'ud as
setelah penerbitan buku Barahin Ahmadiyah dan Maulwi Muhammad Hussain
Batalwi (juga menjadi seorang penentang) juga pernah menulis bahwa
tidak ada seorang pun dalam 1300 tahun ini yang telah mengkhidmati
Islam seperti Hadhrat Masih Mau'ud as.
Bahkan sekarang, banyak pengelola saluran (televisi) yang menyatakan
diri Islami mengatakan bahwa sungguh beliau as (Pendiri Ahmadiyah)
pada masa kehidupan beliau as telah mengkhidmati Islam dengan baik
namun kemudian – Naudzubillah – beliau menjadi rusak. Orang-orang yang
mengatakan ini buta mata rohani dan tidak memiliki pengetahuan.
Alih-alih mencari pertolongan Allah Ta'ala, mereka telah masuk ke
dalam kegelapan mereka sendiri.
Kita berdoa semoga Allah Ta'ala Suatu ketika rumah tempat terjadinya baiat pertama di Ludhiana
disebut-sebut dalam Majlis Syura Jemaat tahun 1931. Hadhrat Mushlih
Mau'ud ra bersabda kepada para anggota Majlis Syura bahwa beliau
menganggap rumah di Ludhiana tempat terjadinya baiat pertama sangat
penting dan Hadhrat Masih Mau'ud as telah secara khusus
menyebutkannya, "باب اللُدّ" sebagai suatu tempat Dajjal akan dibunuh
berdasarkan Nubuatan Nabi saw, artinya tempat di dalamnya para
penentang dan Dajjal dieliminasi (dihabiskan). Jemaat harus menaruh
perhatian secara khusus pada tempat Hadhrat Masih Mau'ud as untuk
mengambil baiat. Ketika Hadhrat Khalifatul Masih I ra meminta Hadhrat
Masih Mau'ud as untuk mengambil baiat, beliau as memilih Ludhiana
sebagai tempat pelaksanaan pengambilan baiat.
Hadhrat Sufi Jan Sahib yang kepadanya Allah Ta'ala telah berikan
pandangan masa depan untuk dapat mengenali Hadhrat Masih Mau'ud as
juga berasal dari Ludhiana dan istri dari Hadhrat Khalifatul Masih I
ra merupakan putri beliau. Hadhrat Mushlih Mau'ud ra bersabda bahwa
beliau ingin melihat tempat yang dipilih dan nama-nama dari 40 orang
yang berbaiat tertulis di sana. Dengan karunia Allah Ta'ala, sekarang rumah tersebut sudah ada di
tangan Jemaat. Meskipun saya tidak memiliki fakta dan datanya untuk
disampaikan, segala upaya sedang dilaksanakan untuk menjadikannya
sebagai monumen bersejarah sebagaimana yang Hadhrat Mushlih Mau'ud ra
inginkan.
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra menjelaskan perihal Ludhiana dan nubuatan
putra yang dijanjikan dengan bersabda bahwa Hadhrat Rasulullah saw
melihat mimpi yaitu diperlihatkan pada beliau seikat anggur surga dan
dikatakan bahwa itu adalah untuk Abu Jahal. Tafsir dari mimpi tersebut
adalah bahwa putra Abu Jahal, Ikrimah bin Abu Jahal, akan masuk Surga,
dan demikianlah yang telah terjadi. Allah Ta'ala telah menganugerahi
taufik kepada putra Abu Jalah itu untuk menjadi seorang pria yang
saleh dan mempersembahkan pengorbanan yang cemerlang di jalan agama.
Suatu ketika selama terjadinya suatu peperangan di masa awal Islam
[perang umat Islam melawan kekaisaran Romawi, perang Yarmuk, terjadi
pada akhir masa Khilafat Abu Bakr dan awal masa Khilafat Umar], umat
Kristen [yang mendukung kekaisaran Romawi] berada di atas angin. Umat
Muslim mengalami kondisi yang sulit. Anak-anak panah prajurit Romawi
melesat dan banyak mengenai mata-mata (penglihatan) para prajurit
Muslim. Banyak juga dari antara para sahabat yang disyahidkan.
Ikrimah tidak dapat menerima keadaan ini.
Setelah meminta izin kepada Qaid (komandan tempur) dan mendapatkan izin, beliau bersama 60
prajurit Muslim lainnya dengan gagah berani kemudian melompat ke
jantung pasukan musuh [pusat komando/pimpinan musuh] dalam peperangan
tersebut. Serangannya begitu kuat sehingga menyebabkan komandan musuh
melarikan diri dan terjadi kekacauan di pihak barisan pasukan musuh.
Namun demikian, Ikrima dan orang-orangnya juga menderita luka parah.
Orang Muslim yang bertugas memberikan air minum kepada orang-orang
yang terluka pun datang menghampirinya namun Ikrimah melihat Hadhrat
Suhail bin Amr sedang terluka dan memandang air itu. Beliau pun
meminta si pembawa air minum ini untuk terlebih dahulu mendatangi
Hadhrat Suhail memberikan air minum itu kepadanya. Ketika ia pergi ke
sana, Hadhrat Sohail meminta si pembawa air minum itu untuk pergi ke
Hadhrat Haris bin Hisham terlebih dahulu. Ketika si pembawa air itu
mendatangi Hadhrat Haris, ternyata beliau telah wafat. Kemudian ia
pergi ke Hadhrat Suhail, ternyata beliau pun juga telah wafat.
Akhirnya, ia pergi ke Ikrimah yang ternyata juga telah wafat. Dengan
demikian, jika ada seseorang penjahat, atau Ateis atau pendusta maka
tidak mungkin ada orang yang dapat mengatakan bahwa anak keturunan
orang semacam itu pasti akan sama dengan orang tuanya. Pendek kata,
nubuatan Allah Ta'ala terjadi dengan corak yang aneh. Di dalam firman
Allah terdapat kesaksian-kesaksian yang menjelaskan tema bahasannya,
jika tak ada di dalamnya kesaksian maka tak layak diterima. Tatkala
Hadhrat Rasulullah saw melihat mimpi tersebut, beliau saw terkejut dan
berkata dalam hati bagimana mungkin Abu Jahal akan berada di surga
mendapatkan seikat anggur. Namun, maksud dari mimpi itu ialah putra
Abu Jahal akan beriman dan mempersembahkan pengorbanan besar bagi
Islam.
Berkenaan dengan nubuatan Hadhrat Masih Mau'ud as tentang 'Mushlih
Mau'ud', pada diri nubuatan itu sendiri terdapat kesaksian-kesaksian
kebenaran yang banyak sebagaimana juga nubuatan-nubuatan lainnya.
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra bersabda bahwa pada saat disampaikannya
nubuatan tersebut, orang-orang Qadian bahkan tidak mengenal ayah dari
'Mushlih Mau'ud' ini. Mereka merasa Tn. Mirza Ghulam Murthadha, kakek
'Mushlih Mau'ud' (ayah Masih Mau'ud) hanya memiliki seorang putra
yakni Mirza Ghulam Qadir, uwak 'Mushlih Mau'ud', kakak Masih Mau'ud.
Dengan demikian, seseorang yang tak dikenal itu yakni Hadhrat Mirza
Ghulam Ahmad menubuatkan bahwa Allah Ta'ala akan menganugerahinya
anak-anak yang akan berumur panjang, dan diantara anak-anaknya
terdapat seseorang yang akan menyebarluaskan namanya (nama ayahnya,
Mirza Ghulam Ahmad) ke pelosok-pelosok dunia dan melaluinya pesan
dakwah Islam akan sampai ke penjuru-penjuru negeri di dunia! Dapatkah
ada seseorang di dunia ini yang mampu berkata-kata seperti itu dari
dirinya sendiri?
Nubuatan tersebut juga mengatakan bahwa ia akan membuat 3 menjadi 4
yang juga berarti bahwa kelahiran Hadhrat Mushlih Mau'ud terjadi pada
tahun keempat nubuatan tersebut. Sungguh, beliau lahir pada 12 Januari
1889 dan pada 23 Maret 1889, Hadhrat Masih Mau'ud as mengambil baiat
dari para pengikutnya. Nubuatan ini sangat terkenal di kalangan Jemaat
kita dan juga di luar Jemaat. Orang-orang biasa menanyakan siapakah
anak yang dimaksud tersebut? Nubuatan itu menyebutkan nama Mahmud dan
Bashir Tsani sehingga Hadhrat Mushlih Mau'ud ra dinamai Bashiruddin
Mahmud Ahmad.
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra pergi ke Ludhiana untuk menyatakan diri
bahwa sungguh beliau-lah Sang Pembaharu Yang Dijanjikan tersebut.
Jemaat mempunyai hubungan dengan kota Ludhiana dalam beberapa segi.
Pertama; kota ini merupakan tempat terjadinya baiat pertama oleh
Hadhrat Masih Mau'ud as. Kedua, kota itu juga merupakan tempat
berlangsungnya pernikahan Hadhrat Khalifatul Masih I ra dengan putri
Hadhrat Tn. Sufi Jan dan ketiga anak yang disebutkan dalam nubuatan
'Mushlih Mau'ud' tersebut lahir dari istri Hadhrat Masih Mau'ud as
yang telah tinggal di Ludhiana.
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra berkata bahwa beliau ingat pernah tinggal
sebentar di Ludhiana ketika berumur 2 tahun dan ingat bahwa rumah
beliau langsung bersebelahan dengan jalan raya. Hanya satu peristiwa
yang beliau ingat yakni ketika beliau sedang berada di luar rumah, ada
seorang anak kecil melemparkan seekor kadal mati kepada beliau. Hal
tersebut membuat beliau takut dan lari pulang sambil menangis.
Ahmadiyah mempunyai hubungan dengan kota Ludhiana dalam beberapa segi.
Ludhiana sungguh merupakan tempat yang sangat berarti. Sebagaimana
biasanya, hal-hal yang berasal dari Allah Ta'ala senantiasa mendapat
penentangan. Setelah nubuatan ini, diadakan pertemuan di berbagai
tempat/kota lain namun tidak ada satu pun terjadi penentangan.
Akan tetapi, ketika Hadhrat Mushlih Mau'ud ra datang ke Ludhiana dan
mengumumkan bahwa beliau merupakan seorang Mushlih Mau'ud dan dengan
demikian nubuatan tersebut menjadi tergenapi. Beliau mengalami reaksi
permusuhan dari orang-orang di kota tersebut. Mereka yang melakukan
olok-olok melakukannya karena lupa akan ajaran Hadhrat Rasulullah saw.
Namun, nubuatan Hadhrat Masih Mau'ud tergenapi dengan segala
kemuliaannya. Doa semoga Allah Ta'ala menganugerahi penduduk Ludhiana
taufik untuk mengimani Hadhrat Masih Mau'ud as dan menjadikan mereka
yang menentang sebagai orang-orang yang berdiri di pihak beliau as.
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra meriwayatkan perihal salah seorang Shahabat
Hadhrat Masih Mau'ud, Hadhrat Mian Abdullah Sahib Sanori yang memiliki
kecintaan dan ikatan mendalam terhadap beliau as. Suatu kali beliau
datang ke Qadian dan Hadhrat Masih Mau'ud as memberinya sebuah tugas.
Ketika cutinya habis, beliau meminta izin kepada Hadhrat Masih Mau'ud
as untuk kembali pulang. Hadhrat Masih Mau'ud as memintanya untuk
tetap tinggal. Sanori Sahib meminta kepada kantornya untuk
memperpanjang cutinya namun permintaan beliau tersebut tidak diterima.
Beliau menceritakan hal ini kepada Hadhrat Masih Mau'ud as namun
beliau as memintanya untuk tetap tinggal. Sanori Sahib menulis surat
ke kantornya bahwa beliau tidak dapat kembali dan akibatnya, pihak
kantor menghentikannya dari pekerjaan. Sanori Sahib menetap di Qadian
selama yang Hadhrat Masih Mau'ud as inginkan. Ketika kembali pulang,
beliau mendapati bahwa karyawan yang memecatnya tadi tidak diberi
wewenang untuk melakukan hal tersebut. Sehingga beliau tidak hanya
mendapatkan kembali pekerjaannya, namun juga memperoleh gaji beliau
yang tertunda.
Sahabat Hadhrat Masih Mau'ud as lainnya yakni Hadhrat Tn. Munshi Zafar
Ahmad dari Kaporthala. Beliau bekerja di pengadilan. Tn. Munshi Zafar
Ahmad ini datang ke Qadian untuk bertemu dengan Hadhrat Masih Mau'ud
as. Kemudian beliau meminta izin pulang pada hari ketiga. Akan tetapi
Hadhrat Masih Mau'ud as memintanya untuk tetap tinggal.
Sebulan berlalu. Tidak ada lagi pekerjaan dan beliau menerima berbagai
surat teguran keras dari atasan beliau. Beliau begitu senang berada di
kalangan para sahabat Hadhrat Masih Mau'ud as sehingga beliau tidak
mempedulikan apapun dan tidak ada pula merasa ragu. Ketika menerima
surat teguran keras lainnya, beliau menceritakannya kepada Hadhrat
Masih Mau'ud as. Beliau as memintanya untuk menjawab surat tersebut
dan mengatakan bahwa beliau tidak dapat kembali. Selang satu bulan
kemudian, Hadhrat Masih Mau'ud as mengatakan kepada Hadhrat Tn. Munshi
bahwa beliau sekarang boleh pulang. Setibanya di Kaporthala, Hadhrat
Tn. Munshi pergi mengunjungi Hakim untuk melihat reaksinya. Hakim
tersebut berkata, "Mirza Sahib pasti tidak mengizinkan engkau untuk
kembali dan perintahnya harus didahulukan!"
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra bersabda bahwa sekelompok orang ini (yaitu
Jemaat ini) membangun teladan luhur dalam hal kecintaan yang mendalam
sehingga membuat kita tidak malu di depan Jemaat-Jemaat para Nabi di
masa lalu. Di kalangan para anggota Jemaat kita bisa jadi terdapat
kelemahan dan mereka lalai namun jika para sahabat Hadhrat Musa as
menampilkan di depan kita teladan mereka, kita juga dapat
memperlihatkan teladan para anggota Jemaat ini yang sebanding dengan
mereka. Demikian pula, jika pada hari Kiamat para Hawari (sahabat)
Hadhrat Isa as memperlihatkan/menunjukkan karya dan perbuatan agung
mereka, kita juga dengan bangga dapat menampilkan teladan para sahabat
kami.
Ketika Hadhrat Rasulullah saw bersabda bahwa beliau tidak dapat
membedakan antara umat beliau saw dengan umat Imam Mahdi. [1]
Mereka adalah orang-orang yang senantiasa siap memberikan berbagai
macam pengorbanan seperti Hadhrat Abu Bakar ra, Hadhrat Umar ra,
Hadhrat Usman ra dan Hadhrat Ali ra serta para Shahabat Nabi saw
lainnya. Mereka juga senantiasa siap sedia memikul segala jenis
musibah dan penderitaan di jalan Allah Ta'ala.
Lihatlah teladan Hadhrat Khalifatul Masih I ra yang mendapatkan
kedudukan yang khas di dalam Jemaat. Pengorbanan beliau sungguh sangat
besar. Ketika beliau datang ke Qadian untuk mengunjungi Hadhrat Masih
Mau'ud as, pekerjaan dan tanggung jawabnya untuk kembali pulang di
Bhaira sangat besar. Ketika beliau meminta izin untuk pulang, Hadhrat
Masih Mau'ud as memintanya untuk tetap tinggal. Hadhrat Khalifatul
Masih I ra bahkan tidak pulang sama sekali meskipun hanya untuk
membawa barang-barang beliau dari Bhaira. Beliau ra malah meminta
tolong kepada seseorang untuk mengambilkannya. Inilah pengorbanan yang
menjadikan Jemaat ini istimewa di hadapan Allah Ta'ala. Inilah
kedudukan yang hendaknya setiap orang dari kita harus berusaha
mencapainya.
Keimanan filosofis saja yang dimiliki seseorang tidak dapat
menjadikannya sebagai orang yang memberikan manfaat apapun. Iman yang
memberikan manfaat bagi manusia ialah keimanan yang memberikan
(dihiasi dengan) kelezatan isyq dan mahabbah (kecintaan). Sementara
pada saat yang sama seorang filosof (orang yang berfalsafah/filsafat)
dengan pernyataan kecintaannya, padanya tidak terdapat keteguhan yang
lebih, itu tak lebih dari diskursus/wacana perdebatan filosofis karena
ia tidak berpandangan dengan mata hati melainkan berpandangan dengan
mata akal saja, tetapi seseorang yang mengenal kebenaran dari Allah
Ta'ala dan mengenal sya'aa-iruLlah (syiar-syiar Allah) dengan mata
hatinya dan bukan dengan mata akalnya tidak dapat dibohongi/ditipu
oleh siapapun karena pikiran mengilhami filsafat sedangkan hati
mengilhami kecintaan yang mendalam.
Semoga Allah Ta'ala memungkinkan kita untuk mengenal Imam Zaman dengan
mata hati kita dan semoga kita tetap teguh dalam keimanan kita dan
kita selamanya menjadi orang-orang yang mengenali sya'aa-iruLlah
(syiar-syiar Allah) dan semoga Syaithan tidak pernah dapat memperdayai
kita.
Shalat jenazah ghaib diumumkan bagi seorang Darwaisy, Maulwi Khushid
Ahmad Sahib yang meninggal dunia pada 24 Juli berusia 94 tahun.
Penenrjemah: Hafizurrahman; editor: Dildaar Ahmad Dartono
_______TANDA Umat Muslim Menunjukan KECINTAAN DAN PENGHORMATAN TERHADAP AL-Quran. Akhir-akhir ini. Sebuah video diperlihatkan kepada saya berkenaan dengan seorang Maulwi Afrika yang mengajarkan Al-Quran kepada orang-orang dewasa dan memukuli mereka tanpa ampun jika mereka berbuat
kesalahan kecil.
Seseorang yang bahasanya bukan bahasa Al-Qur'an
(bahasa Arab) dan pada saat yang sama telah berusia dewasa, yaitu
sudah berumur 17-18 tahun atau bahkan lebih dari pada itu, tidak dapat
melafalkan setiap huruf dengan tepat seperti halnya para Qurra-a
(seseorang yang telah dilatih untuk menilawatkan Al-Quran, yang dalam
bentuk tunggal disebut Qari).
Sebagai dampak dari sikap seperti itu
maka orang-orang menghindari membaca/mempelajari Al-Quran dan inilah
penyebab banyaknya orang Islam bukan Arab yang tidak tahu/tidak mampu
bagaimana cara membaca Al-Quran. Jika kaum Muslimin hendak mempelajari
Al-Quran maka mereka harus melakukannya dengan cara-cara yang dapat
menciptakan kecintaan dan kegemaran untuk membacanya.
Beberapa waktu belakangan ini ada seorang wanita Jepang yang bermukim
di UK (Inggris) dan telah berbaiat. Ia mengunjungi saya. Ia berkata
bahwa dengan karunia Allah Ta'ala ia telah mengkhatamkan Al-Quran
untuk pertama kalinya dalam 3 tahun dan berkeinginan untuk
membacakannya di hadapan Saya.
Ia membacanya dengan cara yang sangat menyentuh. Memang, poin utamanya adalah kecintaan terhadap Al-Quran
dan membacanya dengan cara yang menyentuh. Tujuannya bukanlah hanya
untuk melantunkan suara supaya menyerupai seorang Qari (pembaca
Al-Qur'an yang terlatih baik). Allah Ta'ala memerintahkan untuk
membaca Al-Quran dengan tartil, seraya direnungkan dan dengan
pelafalan yang sebaik-baiknya.
Tidaklah mudah untuk melafalkan Al-Quran seperti orang-orang Arab.
Beberapa huruf hijaiyyah tidak dapat dilafalkan dengan tepat oleh
orang-orang non-Arab kecuali jika mereka dibesarkan di kalangan
orang-orang Arab. Orang-orang Jepang juga tidak mampu melafalkan
beberapa huruf secara tepat. Memang, wanita Jepang ini juga tidak
dapat melafalkan beberapa huruf dengan tepat. Ia tidak mampu
membedakan pelafalan antara huruf الحاء ha dengan الخاء kha. Kala ia
membaca huruf kha terdengar seperti huruf ha. Namun mendengarkannya
membaca Al-Quran memberikan kesan bahwa sungguh menyulitkan bagi
beberapa orang Jepang – meskipun tidak bisa dikatakan semua orang
Jepang – merasa sulit untuk melafalkan beberapa huruf hijaiyyah. Poin
utamanya adalah kecintaan terhadap firman Allah Ta'ala, dan seseorang
sedapat mungkin sesuai kemampuannya membacanya secara benar; dan bukan
hanya dengan cara menjadikan seseorang seperti Qari (pembaca Al-Qur'an
yang terlatih baik) dan mengikuti musabaqah tilawatil qur'an (lomba
baca Al-Qur'an). Allah Ta'ala dan rasul-Nya saw memandang dengan penuh
kasih sayang terhadap kalimat "أسهد" 'ashadu' yang diucapkan oleh
Hadhrat Bilal ra [saat adzan di masa Nabi saw], bukan kalimat "أشهد"
asyhadu' [Hadhrat Bilal ra sebagai orang 'Ajam (bukan Arab) tidak
dapat melafalkan beberapa huruf Hijaiyyah dengan baik.] Tidak ada
seorang Qari atau seorang Arab pun yang sebanding dengan Hadhrat Bilal
ra dalam hal kasih sayang dan kecintaan yang beliau dapatkan dari
Allah Ta'ala dan rasul-Nya saw itu.
Orang-orang dari berbagai agama sedang masuk ke dalam Jemaat ini dan
sejumlah besar umat Islam tidak tahu bagaimana membaca Al-Quran.
Banyak dari antara para mubaligh kita dihadapkan pada situasi demikian
di Afrika. Para guru Al-Quran hendaknya mengajarkannya dengan suatu
metode sehingga dapat menanamkan kecintaan dan kegemaran untuk
mempelajarinya. Semoga Allah Ta'ala memberikan ganjaran kepada wanita
Pakistani yang tidak hanya mengajarkan wanita Jepang ini cara membaca
Al-Quran namun juga menanamkan kecintaan terhadap Al-Quran di dalam
dirinya! Tujuan utamanya adalah bukan untuk menilawatkan Al-Quran
seperti Qari; tentu penting untuk terus membaca Al-Quran dengan cara
yang semakin baik. Namun tidak benar untuk berhenti membacanya hanya
karena tidak dapat melafalkan beberapa huruf Hijaiyyah. Apa yang
hendaknya kita lakukan adalah upaya untuk memperbaiki cara pelafalan
kita sebaik mungkin yang mendekati bunyi aslinya dan senantiasa terus
meningkatkan kualitas kita dalam hal tersebut.
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra bersabda bahwa tidaklah benar untuk berupaya
melafalkan setiap kata Al-Quran seperti seorang Qari. Hal demikian
karena Allah Ta'ala tidak memberikan kita yang 'Ajam (bukan Arab),
kapasitas/kemampuan untuk itu. Beliau ra bersabda bahwa almarhum ayah
dari salah seorang istri beliau, Ummi Tahir sangat bersemangat
mengajarkan Al-Quran dan telah menyewa pengajar bagi anak-anak mereka.
"Para pengajar ini sangat tergesa-gesa dan seringkali memukul kami
(Ummi Tahir dan saudara-saudaranya) jika kami membuat kesalahan.
Mereka akan menyela/memasukkan diantara jari-jari kami dengan ranting
kayu lalu menekannya jika kami salah dalam melafalkan huruf. (seperti
dilakukan oleh sebagian Ustadz/guru ngaji jaman sekarang) Dialek kami
sebagai orang-orang Punjab membuat kami tidak mampu melafalkan
kalimat-kalimat bahasa Arab secara tepat dan benar."
Sebagaimana yang dikisahkan pada khotbah Jumat sebelum ini bahwa suatu
kali seorang Arab datang menemui Hadhrat Masih Mau'ud as. Di
tengah-tengah percakapan, ia mendengar beliau as mengucapkan dua atau
tiga kali suatu huruf Hijaiyyah (yaitu huruf dhaadh الضاد) dalam logat
Punjabi, ia lalu berkata bahwa bagaimana beliau as dapat menjadi
seorang Almasih jika tidak dapat mengucapkan huruf tersebut.
Orang Arab tersebut berlaku sangat tidak sopan dan menyerang secara
kata-kata padahal setiap bangsa/negeri mempunyai logatnya
masing-masing. Bangsa Arab sendiri yang menyatakan diri bahwa
merekalah yang dapat mengucapkan huruf الضاد 'dhaadh' secara benar
yang berarti bangsa Hindi/India tidak dapat melakukannya. Hadhrat
Mushlih Mau'ud as bersabda bahwa orang-orang India melafalkan huruf
الضاد 'dhaadh' dalam 2 cara dengan makhraj yang berbeda, yaitu دال
daal dan زاي zaay padahal makhraj huruf الضاد 'dhaadh' bukan itu. Jika
bangsa Arab mengatakan bahwa hanya mereka yang dapat membunyikan huruf
'Dhat', lalu untuk apa mereka mengkritik orang selain mereka?
Para Ahmadi yang berbangsa Arab hendaknya memperhatikan hal ini.
Sebagian besar mereka memahaminya namun sebagian yang lain memiliki
sifat sombong. Di sini (di UK/Inggris) ada seorang wanita Ahmadi Arab
yang menikah dengan seorang Ahmadi Pakistan. Nyonya tersebut
menganggap diri telah mengeluarkan suara huruf-huruf Hijaiyyah dari
mulutnya dengan lafal yang benar padahal tidak sempurna/sepenuhnya
benar. Jika ia hanya diam dan menyimpannya bagi dirinya sendiri, maka
saya tidak akan menceritakan hal ini. Tetapi saya diberitahu/mendapat
laporan bahwa di beberapa majelis pertemuan ia berbicara dengan nada
mengejek orang-orang Pakistan serta berkata, "Orang-orang Pakistan
tidak dapat melafalkan huruf Hijaiyyah dengan tepat, tidak bisa/tidak
dapat membaca Al-Quran dan orang-orang Arab senantiasa mengolok-olok
orang-orang Pakistan dalam hal ini."
Saya (Hadhrat Khalifatul Masih V atba) tidak bermaksud
mengatakan/tidak berkeyakinan bahwa seluruh orang Arab/setiap orang
dari bangsa Arab melontarkan cacian seperti ini. Mungkin yang dimaksud
ialah keluarga wanita Arab itu yang menikah dengan yang bukan Arab.
Islam mengajarkan kita bagaimana harus memenangkan/melapangkan hati
segala etnis (suku bangsa) dan menjadikan mereka akrab dengan firman
Allah Ta'ala bahkan juga menanamkan kecintaan terhadap Al-Quran di
dalam hati mereka. Namun demikian, orang-orang senantiasa membacanya
dengan logat mereka masing-masing dan karena kecintaannya terhadap
Al-Quran, mereka senantiasa berusaha membacanya dengan sebaik-baiknya.
Memang, hendaknya perhatian diberikan untuk membaca Al-Quran dengan
tepat seraya merenungkannya. Mereka yang mengetahui cara pelafalannya
yang benar dan mampu membantu hendaknya senantiasa membantu yang lain
bukannya melontarkan ejekan kepada mereka. Mereka yang mempu
melafalkan secara tepat dan benar harus senantiasa ingat bahwa tiap
orang dari suku bangsa dan kabilah yang berbeda-beda yang memiliki
dialek khusus dan tiap orang dari mereka tidak dapat melafalkan tiap
huruf Arab secara tepat.
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra meriwayatkan suatu kisah yang terkenal
tentang seorang lelaki yang sangat pengecut yang mengira bahwa dirinya
merupakan seorang pemberani. Ia pergi ke tukang tato dan memintanya
untuk menggambar seekor singa di badannya. Adalah kebiasaan di masa
lalu bahwa para pemberani suka membuat tato untuk menunjukan
keberanian mereka. Tukang tato pun melakukan pekerjaannya. Ketika ia
menusuk jarumnya, si pengecut ini bertanya bahwa apa yang akan ia
gambar terlebih dahulu? Tukang tato itu menjawab bahwa ia akan
menggambar ekor singa. Lelaki tersebut berkata bahwa seekor singa bisa
menjadi singa tanpa ekornya. Tukang tato itu membenarkannya. Lalu
lelaki itu memintanya untuk tidak menggambar ekor singa. Tukang tato
kemudian menusuk jarumnya lagi dan lelaki itu bertanya lagi apa yang
hendak ia gambar? Tukang tato menjawab bahwa ia akan menggambar kaki
depan kanan singa. Lelaki itu berkata bahwa seekor singa masih dapat
menjadi singa tanpa kaki depan kanan. Tukang tato membenarkannya.
Lelaki tersebut memintanya untuk tidak menggambar kaki depan kanan
singa. Hal ini berlanjut ke kaki depan kiri, kaki belakang kanan dan
kiri. Pada akhirnya tukang tato tersebut berhenti dan berkata bahwa
tidak ada yang dapat digambar.
Setelah mengisahkan ini, Hadhrat Mushlih Mau'ud ra bersabda, "Kondisi
Islam saat ini juga cukup serupa. Para pemimpin Muslim serta para
ulama mengangkat beragam slogan, wacana dan diskursus namun pada
praktek perbuatannya tidak ada. Cara mereka menasehati orang-orang
juga tidak ada hubungannya dengan ajaran Islam tatkala mereka meminta
orang-orang untuk meninggalkan ini dan itu sesuai dengan kebenaran
mereka sendiri; ringkasnya mereka menyelamatkan diri masing-masing
dari banyak hal."
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra menyajikan contoh lain dalam konteks yang
sama ini. Kakek beliau dari pihak ibu, Mir Nashir Nawwab (putra
seorang penyair sufi terkenal Mir Dard dari Delhi), berkata bahwa
beliau sangat imut sewaktu kecil. Beliau menceritakan, "Pada musim
mangga, orang tua beserta saudara-saudara saya duduk bersama di suatu
pagi untuk makan mangga. Saya menyimpan mangga yang manis dengan dalih
bahwa mangga itu asam. Ketika semua mangga telah habis, saya akan
berkata, 'Ah, saya masih lapar. Jadi saya akan makan mangga yang asam
itu juga.' Suatu ketika, saudara saya yang lebih tua berkata, 'Saya
juga masih lapar, jadi saya juga ingin memakan mangga yang asam itu.'
Akhirnya ia mengetahui bahwa mangga tersebut sebenarnya manis.
Demikian pula kondisi umat Islam saat ini. Jika mereka yang ingin
memaksakan syariah juga keadaannya seperti itu maka bagaimana pula
dengan mereka yang tidak dekat/akrab dengan ajaran Islam. Mereka
memaksakan penegakan syariah seraya mengesampingkan beberapa hal bagi
keuntungan diri mereka dengan cara mempedayai. Sementara kisah kakek
Hadhrat Mushlih Mau'ud dari pihak ibu ini bersifat kekanak-kanakan,
namun para pemimpin Muslim ini melakukan kesalahan tersebut dengan
sengaja. Mereka yang tidak tahu apa-apa tentang Islam tidak akan
membiarkan sesuatu pun, baik itu daging dan juga tulangnya, tetapi
akan melahap segala sesuatunya, bahkan jika itu sia-sia/salah.
Penjarahan dan perampasan atas nama Islam pada zaman ini mereka
izinkan demi keinginan pribadi sebagaimana kita lihat di tiap tempat
dan pemandangan ini merajalela. Ini merupakan tragedi besar bagi Islam
pada masa ini. Disebabkan para pemimpin agama seperti itu, umat Muslim
selebihnya sibuk dalam perampasan dan pembunuhan atas nama Islam.
Karena ulah para pemimpin agama seperti ini, maka muncul beberapa
kelompok dan organisasi tertentu yang sedang menyebarkan kekejaman.
Semoga Allah mengasihani umat Muslim.
Kemudian, Hadhrat Mushlih Mau'ud ra menarik perhatian para anggota
Jemaat ke arah bagaimana agar dapat meninggikan tingkat keimanan
dengan memperbaiki keadaan kerohanian. Beliau ra bersabda bahwa jika
kalian menanamkan ketakwaan dan keshalehan serta menanamkan kebiasaan
shalat dan berdzikir kepada Allah Ta'ala, memanjatkan shalawat dan
mendirikan tahajjud, niscaya Allah Ta'ala akan memberkati kalian
dengan mimpi dan kasyaf yang benar serta akan berbicara kepada kalian.
Suatu mukjizat yang hidup merupakan sesuatu yang seseorang rasakan
secara pribadi. Tidak diragukan lagi Hadhrat Ibrahim, Hadhrat Musa dan
Hadhrat Isa as menunjukan banyak mukjizat namun mukjizat yang besar
bagi seseorang hanyalah mukjizat yang ia rasakan secara pribadi.
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra menyajikan contoh keteladanan dalam hal
kemajuan iman dan penyaksian seseorang atas Tanda kebenaran di dalam
dirinya sendiri. Dalam hal ini beliau as menceritakan perihal Hadhrat
Tn. Sahibzada Abdul Latif Syahid. Setelah menerima Ahmadiyah, Hadhrat
Tn. Sahibzada Abdul Latif Syahid pulang dari Qadian ke kampung
halamannya, Kabul (Afghanistan). Gubernur Kabul memintanya untuk
bertaubat. Tn. Sahibzada mengatakan padanya bahwa sebelum ia
meninggalkan Qadian, ia telah bermimpi bahwa ia akan diborgol.
Lalu bagaimana ia akan mengubah pendiriannya setelah Allah Ta'ala
mengatakan padanya bahwa ia akan diborgol di jalan-Nya! Keyakinannya
yang teguh ini berasal dari apa yang ia telah rasakan secara pribadi
di dalam mimpi. Ringkasnya, jika seseorang mempunyai iman yang kuat
dan terjalin hubungan dengan Allah Ta'ala maka ia takkan takut kepada
orang-orang duniawi.
Selanjutnya, Hadhrat Mushlih Mau'ud ra menyajikan contoh lain. Hadhrat
Tn. Sufi Ahmad Jan Ludhianwi merupakan seorang saleh dan yang sangat
bertakwa di kalangan orang-orang di masanya. Suatu kali Maharaja Jammu
memintanya untuk berkunjung untuk mendoakannya namun ia menjawab,
"Jika engkau meminta saya untuk mendoakan engkau, maka engkau harus
datang mengunjungi saya. Mengapa saya yang harus datang kepada Anda?"
Oleh karena itu, jika seseorang mempunyai hubungan dengan Allah Ta'ala
maka ia takkan takut kepada siapa pun. Hadhrat Mushlih Mau'ud ra
menyebutkan bahwa betapa orang-orang [di India masa itu] sangat
menghargai dan menghormati Hadhrat Masih Mau'ud as sebelum pendakwaan
beliau as. Kita tahu bahwa ketika Barahin Ahmadiyah diterbitkan,
ratusan ribu orang memandang Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as dengan
pandangan yang sangat baik.
Tn. Sufi merupakan salah seorang diantara kesaksian mereka itu namun beliau wafat sebelum Hadhrat Masih Mau'ud
as menyatakan pendakwaannya. Tn. Sufi memiliki kecintaan yang mendalam
terhadap Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. Tn. Sufi menulis bait syair
Urdu kepada Hadhrat Masih Mau'ud as (Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as)
dalam sebuah surat:
'Kami semua yang sedang sakit ini hanya melihat Anda semata, Karena
Tuhan, jadilah Anda Al-Masih!' Tak diragukan lagi bahwa hal ini merupakan indikasi pandangan jauh ke
depan Tn. Sufi yang adalah seorang Waliullah yang secara jeli dan
tajam melihat bahwa Hadhrat Masih Mau'ud as adalah seorang yang
dijanjikan, baik beliau as mendakwakan diri atau pun tidak. Dan
sebelum kewafatannya, ia menasehati keluarganya untuk menerima beliau
as ketika beliau menyampaikan pendakwaannya. Para ulama lain yang
meskipun tidak memiliki pandangan seperti Hadhrat Sufi Sahib, biasa
mengatakan bahwa hanya Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as yang dapat
menyelamatkan Islam.
Namun, ketika Hadhrat Masih Mau'ud as memberikan pendakwaannya dan
memberikan obat penawar, semua orang terkemuka menolak dan berkata apa
yang mereka anggap sebagai emas telah menjadi tembaga. Meskipun ia
memiliki ratusan ribu orang murid, namun hanya 40 orang yang berbaiat
pertama kali kepada Hadhrat Masih Mau'ud as. Padahal Maulwi Sanaullah
(yang di kemudian hari menjadi penentang) pernah menulis bahwa ia
telah berjalan ke Qadian untuk berjumpa dengan Hadhrat Masih Mau'ud as
setelah penerbitan buku Barahin Ahmadiyah dan Maulwi Muhammad Hussain
Batalwi (juga menjadi seorang penentang) juga pernah menulis bahwa
tidak ada seorang pun dalam 1300 tahun ini yang telah mengkhidmati
Islam seperti Hadhrat Masih Mau'ud as.
Bahkan sekarang, banyak pengelola saluran (televisi) yang menyatakan
diri Islami mengatakan bahwa sungguh beliau as (Pendiri Ahmadiyah)
pada masa kehidupan beliau as telah mengkhidmati Islam dengan baik
namun kemudian – Naudzubillah – beliau menjadi rusak. Orang-orang yang
mengatakan ini buta mata rohani dan tidak memiliki pengetahuan.
Alih-alih mencari pertolongan Allah Ta'ala, mereka telah masuk ke
dalam kegelapan mereka sendiri.
Kita berdoa semoga Allah Ta'ala Suatu ketika rumah tempat terjadinya baiat pertama di Ludhiana
disebut-sebut dalam Majlis Syura Jemaat tahun 1931. Hadhrat Mushlih
Mau'ud ra bersabda kepada para anggota Majlis Syura bahwa beliau
menganggap rumah di Ludhiana tempat terjadinya baiat pertama sangat
penting dan Hadhrat Masih Mau'ud as telah secara khusus
menyebutkannya, "باب اللُدّ" sebagai suatu tempat Dajjal akan dibunuh
berdasarkan Nubuatan Nabi saw, artinya tempat di dalamnya para
penentang dan Dajjal dieliminasi (dihabiskan). Jemaat harus menaruh
perhatian secara khusus pada tempat Hadhrat Masih Mau'ud as untuk
mengambil baiat. Ketika Hadhrat Khalifatul Masih I ra meminta Hadhrat
Masih Mau'ud as untuk mengambil baiat, beliau as memilih Ludhiana
sebagai tempat pelaksanaan pengambilan baiat.
Hadhrat Sufi Jan Sahib yang kepadanya Allah Ta'ala telah berikan
pandangan masa depan untuk dapat mengenali Hadhrat Masih Mau'ud as
juga berasal dari Ludhiana dan istri dari Hadhrat Khalifatul Masih I
ra merupakan putri beliau. Hadhrat Mushlih Mau'ud ra bersabda bahwa
beliau ingin melihat tempat yang dipilih dan nama-nama dari 40 orang
yang berbaiat tertulis di sana. Dengan karunia Allah Ta'ala, sekarang rumah tersebut sudah ada di
tangan Jemaat. Meskipun saya tidak memiliki fakta dan datanya untuk
disampaikan, segala upaya sedang dilaksanakan untuk menjadikannya
sebagai monumen bersejarah sebagaimana yang Hadhrat Mushlih Mau'ud ra
inginkan.
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra menjelaskan perihal Ludhiana dan nubuatan
putra yang dijanjikan dengan bersabda bahwa Hadhrat Rasulullah saw
melihat mimpi yaitu diperlihatkan pada beliau seikat anggur surga dan
dikatakan bahwa itu adalah untuk Abu Jahal. Tafsir dari mimpi tersebut
adalah bahwa putra Abu Jahal, Ikrimah bin Abu Jahal, akan masuk Surga,
dan demikianlah yang telah terjadi. Allah Ta'ala telah menganugerahi
taufik kepada putra Abu Jalah itu untuk menjadi seorang pria yang
saleh dan mempersembahkan pengorbanan yang cemerlang di jalan agama.
Suatu ketika selama terjadinya suatu peperangan di masa awal Islam
[perang umat Islam melawan kekaisaran Romawi, perang Yarmuk, terjadi
pada akhir masa Khilafat Abu Bakr dan awal masa Khilafat Umar], umat
Kristen [yang mendukung kekaisaran Romawi] berada di atas angin. Umat
Muslim mengalami kondisi yang sulit. Anak-anak panah prajurit Romawi
melesat dan banyak mengenai mata-mata (penglihatan) para prajurit
Muslim. Banyak juga dari antara para sahabat yang disyahidkan.
Ikrimah tidak dapat menerima keadaan ini.
Setelah meminta izin kepada Qaid (komandan tempur) dan mendapatkan izin, beliau bersama 60
prajurit Muslim lainnya dengan gagah berani kemudian melompat ke
jantung pasukan musuh [pusat komando/pimpinan musuh] dalam peperangan
tersebut. Serangannya begitu kuat sehingga menyebabkan komandan musuh
melarikan diri dan terjadi kekacauan di pihak barisan pasukan musuh.
Namun demikian, Ikrima dan orang-orangnya juga menderita luka parah.
Orang Muslim yang bertugas memberikan air minum kepada orang-orang
yang terluka pun datang menghampirinya namun Ikrimah melihat Hadhrat
Suhail bin Amr sedang terluka dan memandang air itu. Beliau pun
meminta si pembawa air minum ini untuk terlebih dahulu mendatangi
Hadhrat Suhail memberikan air minum itu kepadanya. Ketika ia pergi ke
sana, Hadhrat Sohail meminta si pembawa air minum itu untuk pergi ke
Hadhrat Haris bin Hisham terlebih dahulu. Ketika si pembawa air itu
mendatangi Hadhrat Haris, ternyata beliau telah wafat. Kemudian ia
pergi ke Hadhrat Suhail, ternyata beliau pun juga telah wafat.
Akhirnya, ia pergi ke Ikrimah yang ternyata juga telah wafat. Dengan
demikian, jika ada seseorang penjahat, atau Ateis atau pendusta maka
tidak mungkin ada orang yang dapat mengatakan bahwa anak keturunan
orang semacam itu pasti akan sama dengan orang tuanya. Pendek kata,
nubuatan Allah Ta'ala terjadi dengan corak yang aneh. Di dalam firman
Allah terdapat kesaksian-kesaksian yang menjelaskan tema bahasannya,
jika tak ada di dalamnya kesaksian maka tak layak diterima. Tatkala
Hadhrat Rasulullah saw melihat mimpi tersebut, beliau saw terkejut dan
berkata dalam hati bagimana mungkin Abu Jahal akan berada di surga
mendapatkan seikat anggur. Namun, maksud dari mimpi itu ialah putra
Abu Jahal akan beriman dan mempersembahkan pengorbanan besar bagi
Islam.
Berkenaan dengan nubuatan Hadhrat Masih Mau'ud as tentang 'Mushlih
Mau'ud', pada diri nubuatan itu sendiri terdapat kesaksian-kesaksian
kebenaran yang banyak sebagaimana juga nubuatan-nubuatan lainnya.
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra bersabda bahwa pada saat disampaikannya
nubuatan tersebut, orang-orang Qadian bahkan tidak mengenal ayah dari
'Mushlih Mau'ud' ini. Mereka merasa Tn. Mirza Ghulam Murthadha, kakek
'Mushlih Mau'ud' (ayah Masih Mau'ud) hanya memiliki seorang putra
yakni Mirza Ghulam Qadir, uwak 'Mushlih Mau'ud', kakak Masih Mau'ud.
Dengan demikian, seseorang yang tak dikenal itu yakni Hadhrat Mirza
Ghulam Ahmad menubuatkan bahwa Allah Ta'ala akan menganugerahinya
anak-anak yang akan berumur panjang, dan diantara anak-anaknya
terdapat seseorang yang akan menyebarluaskan namanya (nama ayahnya,
Mirza Ghulam Ahmad) ke pelosok-pelosok dunia dan melaluinya pesan
dakwah Islam akan sampai ke penjuru-penjuru negeri di dunia! Dapatkah
ada seseorang di dunia ini yang mampu berkata-kata seperti itu dari
dirinya sendiri?
Nubuatan tersebut juga mengatakan bahwa ia akan membuat 3 menjadi 4
yang juga berarti bahwa kelahiran Hadhrat Mushlih Mau'ud terjadi pada
tahun keempat nubuatan tersebut. Sungguh, beliau lahir pada 12 Januari
1889 dan pada 23 Maret 1889, Hadhrat Masih Mau'ud as mengambil baiat
dari para pengikutnya. Nubuatan ini sangat terkenal di kalangan Jemaat
kita dan juga di luar Jemaat. Orang-orang biasa menanyakan siapakah
anak yang dimaksud tersebut? Nubuatan itu menyebutkan nama Mahmud dan
Bashir Tsani sehingga Hadhrat Mushlih Mau'ud ra dinamai Bashiruddin
Mahmud Ahmad.
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra pergi ke Ludhiana untuk menyatakan diri
bahwa sungguh beliau-lah Sang Pembaharu Yang Dijanjikan tersebut.
Jemaat mempunyai hubungan dengan kota Ludhiana dalam beberapa segi.
Pertama; kota ini merupakan tempat terjadinya baiat pertama oleh
Hadhrat Masih Mau'ud as. Kedua, kota itu juga merupakan tempat
berlangsungnya pernikahan Hadhrat Khalifatul Masih I ra dengan putri
Hadhrat Tn. Sufi Jan dan ketiga anak yang disebutkan dalam nubuatan
'Mushlih Mau'ud' tersebut lahir dari istri Hadhrat Masih Mau'ud as
yang telah tinggal di Ludhiana.
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra berkata bahwa beliau ingat pernah tinggal
sebentar di Ludhiana ketika berumur 2 tahun dan ingat bahwa rumah
beliau langsung bersebelahan dengan jalan raya. Hanya satu peristiwa
yang beliau ingat yakni ketika beliau sedang berada di luar rumah, ada
seorang anak kecil melemparkan seekor kadal mati kepada beliau. Hal
tersebut membuat beliau takut dan lari pulang sambil menangis.
Ahmadiyah mempunyai hubungan dengan kota Ludhiana dalam beberapa segi.
Ludhiana sungguh merupakan tempat yang sangat berarti. Sebagaimana
biasanya, hal-hal yang berasal dari Allah Ta'ala senantiasa mendapat
penentangan. Setelah nubuatan ini, diadakan pertemuan di berbagai
tempat/kota lain namun tidak ada satu pun terjadi penentangan.
Akan tetapi, ketika Hadhrat Mushlih Mau'ud ra datang ke Ludhiana dan
mengumumkan bahwa beliau merupakan seorang Mushlih Mau'ud dan dengan
demikian nubuatan tersebut menjadi tergenapi. Beliau mengalami reaksi
permusuhan dari orang-orang di kota tersebut. Mereka yang melakukan
olok-olok melakukannya karena lupa akan ajaran Hadhrat Rasulullah saw.
Namun, nubuatan Hadhrat Masih Mau'ud tergenapi dengan segala
kemuliaannya. Doa semoga Allah Ta'ala menganugerahi penduduk Ludhiana
taufik untuk mengimani Hadhrat Masih Mau'ud as dan menjadikan mereka
yang menentang sebagai orang-orang yang berdiri di pihak beliau as.
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra meriwayatkan perihal salah seorang Shahabat
Hadhrat Masih Mau'ud, Hadhrat Mian Abdullah Sahib Sanori yang memiliki
kecintaan dan ikatan mendalam terhadap beliau as. Suatu kali beliau
datang ke Qadian dan Hadhrat Masih Mau'ud as memberinya sebuah tugas.
Ketika cutinya habis, beliau meminta izin kepada Hadhrat Masih Mau'ud
as untuk kembali pulang. Hadhrat Masih Mau'ud as memintanya untuk
tetap tinggal. Sanori Sahib meminta kepada kantornya untuk
memperpanjang cutinya namun permintaan beliau tersebut tidak diterima.
Beliau menceritakan hal ini kepada Hadhrat Masih Mau'ud as namun
beliau as memintanya untuk tetap tinggal. Sanori Sahib menulis surat
ke kantornya bahwa beliau tidak dapat kembali dan akibatnya, pihak
kantor menghentikannya dari pekerjaan. Sanori Sahib menetap di Qadian
selama yang Hadhrat Masih Mau'ud as inginkan. Ketika kembali pulang,
beliau mendapati bahwa karyawan yang memecatnya tadi tidak diberi
wewenang untuk melakukan hal tersebut. Sehingga beliau tidak hanya
mendapatkan kembali pekerjaannya, namun juga memperoleh gaji beliau
yang tertunda.
Sahabat Hadhrat Masih Mau'ud as lainnya yakni Hadhrat Tn. Munshi Zafar
Ahmad dari Kaporthala. Beliau bekerja di pengadilan. Tn. Munshi Zafar
Ahmad ini datang ke Qadian untuk bertemu dengan Hadhrat Masih Mau'ud
as. Kemudian beliau meminta izin pulang pada hari ketiga. Akan tetapi
Hadhrat Masih Mau'ud as memintanya untuk tetap tinggal.
Sebulan berlalu. Tidak ada lagi pekerjaan dan beliau menerima berbagai
surat teguran keras dari atasan beliau. Beliau begitu senang berada di
kalangan para sahabat Hadhrat Masih Mau'ud as sehingga beliau tidak
mempedulikan apapun dan tidak ada pula merasa ragu. Ketika menerima
surat teguran keras lainnya, beliau menceritakannya kepada Hadhrat
Masih Mau'ud as. Beliau as memintanya untuk menjawab surat tersebut
dan mengatakan bahwa beliau tidak dapat kembali. Selang satu bulan
kemudian, Hadhrat Masih Mau'ud as mengatakan kepada Hadhrat Tn. Munshi
bahwa beliau sekarang boleh pulang. Setibanya di Kaporthala, Hadhrat
Tn. Munshi pergi mengunjungi Hakim untuk melihat reaksinya. Hakim
tersebut berkata, "Mirza Sahib pasti tidak mengizinkan engkau untuk
kembali dan perintahnya harus didahulukan!"
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra bersabda bahwa sekelompok orang ini (yaitu
Jemaat ini) membangun teladan luhur dalam hal kecintaan yang mendalam
sehingga membuat kita tidak malu di depan Jemaat-Jemaat para Nabi di
masa lalu. Di kalangan para anggota Jemaat kita bisa jadi terdapat
kelemahan dan mereka lalai namun jika para sahabat Hadhrat Musa as
menampilkan di depan kita teladan mereka, kita juga dapat
memperlihatkan teladan para anggota Jemaat ini yang sebanding dengan
mereka. Demikian pula, jika pada hari Kiamat para Hawari (sahabat)
Hadhrat Isa as memperlihatkan/menunjukkan karya dan perbuatan agung
mereka, kita juga dengan bangga dapat menampilkan teladan para sahabat
kami.
Ketika Hadhrat Rasulullah saw bersabda bahwa beliau tidak dapat
membedakan antara umat beliau saw dengan umat Imam Mahdi. [1]
Mereka adalah orang-orang yang senantiasa siap memberikan berbagai
macam pengorbanan seperti Hadhrat Abu Bakar ra, Hadhrat Umar ra,
Hadhrat Usman ra dan Hadhrat Ali ra serta para Shahabat Nabi saw
lainnya. Mereka juga senantiasa siap sedia memikul segala jenis
musibah dan penderitaan di jalan Allah Ta'ala.
Lihatlah teladan Hadhrat Khalifatul Masih I ra yang mendapatkan
kedudukan yang khas di dalam Jemaat. Pengorbanan beliau sungguh sangat
besar. Ketika beliau datang ke Qadian untuk mengunjungi Hadhrat Masih
Mau'ud as, pekerjaan dan tanggung jawabnya untuk kembali pulang di
Bhaira sangat besar. Ketika beliau meminta izin untuk pulang, Hadhrat
Masih Mau'ud as memintanya untuk tetap tinggal. Hadhrat Khalifatul
Masih I ra bahkan tidak pulang sama sekali meskipun hanya untuk
membawa barang-barang beliau dari Bhaira. Beliau ra malah meminta
tolong kepada seseorang untuk mengambilkannya. Inilah pengorbanan yang
menjadikan Jemaat ini istimewa di hadapan Allah Ta'ala. Inilah
kedudukan yang hendaknya setiap orang dari kita harus berusaha
mencapainya.
Keimanan filosofis saja yang dimiliki seseorang tidak dapat
menjadikannya sebagai orang yang memberikan manfaat apapun. Iman yang
memberikan manfaat bagi manusia ialah keimanan yang memberikan
(dihiasi dengan) kelezatan isyq dan mahabbah (kecintaan). Sementara
pada saat yang sama seorang filosof (orang yang berfalsafah/filsafat)
dengan pernyataan kecintaannya, padanya tidak terdapat keteguhan yang
lebih, itu tak lebih dari diskursus/wacana perdebatan filosofis karena
ia tidak berpandangan dengan mata hati melainkan berpandangan dengan
mata akal saja, tetapi seseorang yang mengenal kebenaran dari Allah
Ta'ala dan mengenal sya'aa-iruLlah (syiar-syiar Allah) dengan mata
hatinya dan bukan dengan mata akalnya tidak dapat dibohongi/ditipu
oleh siapapun karena pikiran mengilhami filsafat sedangkan hati
mengilhami kecintaan yang mendalam.
Semoga Allah Ta'ala memungkinkan kita untuk mengenal Imam Zaman dengan
mata hati kita dan semoga kita tetap teguh dalam keimanan kita dan
kita selamanya menjadi orang-orang yang mengenali sya'aa-iruLlah
(syiar-syiar Allah) dan semoga Syaithan tidak pernah dapat memperdayai
kita.
Shalat jenazah ghaib diumumkan bagi seorang Darwaisy, Maulwi Khushid
Ahmad Sahib yang meninggal dunia pada 24 Juli berusia 94 tahun.
Penenrjemah: Hafizurrahman; editor: Dildaar Ahmad Dartono
________________________________
[1] Sunan At-Tirmidzi, Kitab al-Amtsal (mengenai perumpamaan); Dari
Anas berkata: "Rasulullah saw bersabda: :«مَثَلُ أُمَّتِي مَثَلُ
الْمَطَرِ لاَ يُدْرَى أَوَّلُهُ خَيْرٌ أَمْ آخِرُهُ». 'Matsalu ummatii
matsalul mathari laa yudraa awwaluhu khairun am akhiruhu.' -
'Perumpamaan umatku seperti hujan tidak diketahui mana yang lebih
baik, awalnya atau akhirnya.'" (Yakni, masing-masing dari kedua zaman
itu memiliki keagungannya yang tersendiri).
Ringkasan Khotbah Jumat
Sayyidina Amirul Mu'minin, Hadhrat Mirza Masrur Ahmad
Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta'ala binashrihil 'aziiz
tanggal 31 Juli 2015 di Masjid Baitul Futuh, Morden, London, UK.
_________________________
[1] Sunan At-Tirmidzi, Kitab al-Amtsal (mengenai perumpamaan); Dari
Anas berkata: "Rasulullah saw bersabda: :«مَثَلُ أُمَّتِي مَثَلُ
الْمَطَرِ لاَ يُدْرَى أَوَّلُهُ خَيْرٌ أَمْ آخِرُهُ». 'Matsalu ummatii
matsalul mathari laa yudraa awwaluhu khairun am akhiruhu.' -
'Perumpamaan umatku seperti hujan tidak diketahui mana yang lebih
baik, awalnya atau akhirnya.'" (Yakni, masing-masing dari kedua zaman
itu memiliki keagungannya yang tersendiri).
Ringkasan Khotbah Jumat
Sayyidina Amirul Mu'minin, Hadhrat Mirza Masrur Ahmad
Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta'ala binashrihil 'aziiz
tanggal 31 Juli 2015 di Masjid Baitul Futuh, Morden, London, UK.
Seseorang yang bahasanya bukan bahasa Al-Qur'an
(bahasa Arab) dan pada saat yang sama telah berusia dewasa, yaitu
sudah berumur 17-18 tahun atau bahkan lebih dari pada itu, tidak dapat
melafalkan setiap huruf dengan tepat seperti halnya para Qurra-a
(seseorang yang telah dilatih untuk menilawatkan Al-Quran, yang dalam
bentuk tunggal disebut Qari).
Sebagai dampak dari sikap seperti itu
maka orang-orang menghindari membaca/mempelajari Al-Quran dan inilah
penyebab banyaknya orang Islam bukan Arab yang tidak tahu/tidak mampu
bagaimana cara membaca Al-Quran. Jika kaum Muslimin hendak mempelajari
Al-Quran maka mereka harus melakukannya dengan cara-cara yang dapat
menciptakan kecintaan dan kegemaran untuk membacanya.
Beberapa waktu belakangan ini ada seorang wanita Jepang yang bermukim
di UK (Inggris) dan telah berbaiat. Ia mengunjungi saya. Ia berkata
bahwa dengan karunia Allah Ta'ala ia telah mengkhatamkan Al-Quran
untuk pertama kalinya dalam 3 tahun dan berkeinginan untuk
membacakannya di hadapan Saya.
Ia membacanya dengan cara yang sangat menyentuh. Memang, poin utamanya adalah kecintaan terhadap Al-Quran
dan membacanya dengan cara yang menyentuh. Tujuannya bukanlah hanya
untuk melantunkan suara supaya menyerupai seorang Qari (pembaca
Al-Qur'an yang terlatih baik). Allah Ta'ala memerintahkan untuk
membaca Al-Quran dengan tartil, seraya direnungkan dan dengan
pelafalan yang sebaik-baiknya.
Tidaklah mudah untuk melafalkan Al-Quran seperti orang-orang Arab.
Beberapa huruf hijaiyyah tidak dapat dilafalkan dengan tepat oleh
orang-orang non-Arab kecuali jika mereka dibesarkan di kalangan
orang-orang Arab. Orang-orang Jepang juga tidak mampu melafalkan
beberapa huruf secara tepat. Memang, wanita Jepang ini juga tidak
dapat melafalkan beberapa huruf dengan tepat. Ia tidak mampu
membedakan pelafalan antara huruf الحاء ha dengan الخاء kha. Kala ia
membaca huruf kha terdengar seperti huruf ha. Namun mendengarkannya
membaca Al-Quran memberikan kesan bahwa sungguh menyulitkan bagi
beberapa orang Jepang – meskipun tidak bisa dikatakan semua orang
Jepang – merasa sulit untuk melafalkan beberapa huruf hijaiyyah. Poin
utamanya adalah kecintaan terhadap firman Allah Ta'ala, dan seseorang
sedapat mungkin sesuai kemampuannya membacanya secara benar; dan bukan
hanya dengan cara menjadikan seseorang seperti Qari (pembaca Al-Qur'an
yang terlatih baik) dan mengikuti musabaqah tilawatil qur'an (lomba
baca Al-Qur'an). Allah Ta'ala dan rasul-Nya saw memandang dengan penuh
kasih sayang terhadap kalimat "أسهد" 'ashadu' yang diucapkan oleh
Hadhrat Bilal ra [saat adzan di masa Nabi saw], bukan kalimat "أشهد"
asyhadu' [Hadhrat Bilal ra sebagai orang 'Ajam (bukan Arab) tidak
dapat melafalkan beberapa huruf Hijaiyyah dengan baik.] Tidak ada
seorang Qari atau seorang Arab pun yang sebanding dengan Hadhrat Bilal
ra dalam hal kasih sayang dan kecintaan yang beliau dapatkan dari
Allah Ta'ala dan rasul-Nya saw itu.
Orang-orang dari berbagai agama sedang masuk ke dalam Jemaat ini dan
sejumlah besar umat Islam tidak tahu bagaimana membaca Al-Quran.
Banyak dari antara para mubaligh kita dihadapkan pada situasi demikian
di Afrika. Para guru Al-Quran hendaknya mengajarkannya dengan suatu
metode sehingga dapat menanamkan kecintaan dan kegemaran untuk
mempelajarinya. Semoga Allah Ta'ala memberikan ganjaran kepada wanita
Pakistani yang tidak hanya mengajarkan wanita Jepang ini cara membaca
Al-Quran namun juga menanamkan kecintaan terhadap Al-Quran di dalam
dirinya! Tujuan utamanya adalah bukan untuk menilawatkan Al-Quran
seperti Qari; tentu penting untuk terus membaca Al-Quran dengan cara
yang semakin baik. Namun tidak benar untuk berhenti membacanya hanya
karena tidak dapat melafalkan beberapa huruf Hijaiyyah. Apa yang
hendaknya kita lakukan adalah upaya untuk memperbaiki cara pelafalan
kita sebaik mungkin yang mendekati bunyi aslinya dan senantiasa terus
meningkatkan kualitas kita dalam hal tersebut.
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra bersabda bahwa tidaklah benar untuk berupaya
melafalkan setiap kata Al-Quran seperti seorang Qari. Hal demikian
karena Allah Ta'ala tidak memberikan kita yang 'Ajam (bukan Arab),
kapasitas/kemampuan untuk itu. Beliau ra bersabda bahwa almarhum ayah
dari salah seorang istri beliau, Ummi Tahir sangat bersemangat
mengajarkan Al-Quran dan telah menyewa pengajar bagi anak-anak mereka.
"Para pengajar ini sangat tergesa-gesa dan seringkali memukul kami
(Ummi Tahir dan saudara-saudaranya) jika kami membuat kesalahan.
Mereka akan menyela/memasukkan diantara jari-jari kami dengan ranting
kayu lalu menekannya jika kami salah dalam melafalkan huruf. (seperti
dilakukan oleh sebagian Ustadz/guru ngaji jaman sekarang) Dialek kami
sebagai orang-orang Punjab membuat kami tidak mampu melafalkan
kalimat-kalimat bahasa Arab secara tepat dan benar."
Sebagaimana yang dikisahkan pada khotbah Jumat sebelum ini bahwa suatu
kali seorang Arab datang menemui Hadhrat Masih Mau'ud as. Di
tengah-tengah percakapan, ia mendengar beliau as mengucapkan dua atau
tiga kali suatu huruf Hijaiyyah (yaitu huruf dhaadh الضاد) dalam logat
Punjabi, ia lalu berkata bahwa bagaimana beliau as dapat menjadi
seorang Almasih jika tidak dapat mengucapkan huruf tersebut.
Orang Arab tersebut berlaku sangat tidak sopan dan menyerang secara
kata-kata padahal setiap bangsa/negeri mempunyai logatnya
masing-masing. Bangsa Arab sendiri yang menyatakan diri bahwa
merekalah yang dapat mengucapkan huruf الضاد 'dhaadh' secara benar
yang berarti bangsa Hindi/India tidak dapat melakukannya. Hadhrat
Mushlih Mau'ud as bersabda bahwa orang-orang India melafalkan huruf
الضاد 'dhaadh' dalam 2 cara dengan makhraj yang berbeda, yaitu دال
daal dan زاي zaay padahal makhraj huruf الضاد 'dhaadh' bukan itu. Jika
bangsa Arab mengatakan bahwa hanya mereka yang dapat membunyikan huruf
'Dhat', lalu untuk apa mereka mengkritik orang selain mereka?
Para Ahmadi yang berbangsa Arab hendaknya memperhatikan hal ini.
Sebagian besar mereka memahaminya namun sebagian yang lain memiliki
sifat sombong. Di sini (di UK/Inggris) ada seorang wanita Ahmadi Arab
yang menikah dengan seorang Ahmadi Pakistan. Nyonya tersebut
menganggap diri telah mengeluarkan suara huruf-huruf Hijaiyyah dari
mulutnya dengan lafal yang benar padahal tidak sempurna/sepenuhnya
benar. Jika ia hanya diam dan menyimpannya bagi dirinya sendiri, maka
saya tidak akan menceritakan hal ini. Tetapi saya diberitahu/mendapat
laporan bahwa di beberapa majelis pertemuan ia berbicara dengan nada
mengejek orang-orang Pakistan serta berkata, "Orang-orang Pakistan
tidak dapat melafalkan huruf Hijaiyyah dengan tepat, tidak bisa/tidak
dapat membaca Al-Quran dan orang-orang Arab senantiasa mengolok-olok
orang-orang Pakistan dalam hal ini."
Saya (Hadhrat Khalifatul Masih V atba) tidak bermaksud
mengatakan/tidak berkeyakinan bahwa seluruh orang Arab/setiap orang
dari bangsa Arab melontarkan cacian seperti ini. Mungkin yang dimaksud
ialah keluarga wanita Arab itu yang menikah dengan yang bukan Arab.
Islam mengajarkan kita bagaimana harus memenangkan/melapangkan hati
segala etnis (suku bangsa) dan menjadikan mereka akrab dengan firman
Allah Ta'ala bahkan juga menanamkan kecintaan terhadap Al-Quran di
dalam hati mereka. Namun demikian, orang-orang senantiasa membacanya
dengan logat mereka masing-masing dan karena kecintaannya terhadap
Al-Quran, mereka senantiasa berusaha membacanya dengan sebaik-baiknya.
Memang, hendaknya perhatian diberikan untuk membaca Al-Quran dengan
tepat seraya merenungkannya. Mereka yang mengetahui cara pelafalannya
yang benar dan mampu membantu hendaknya senantiasa membantu yang lain
bukannya melontarkan ejekan kepada mereka. Mereka yang mempu
melafalkan secara tepat dan benar harus senantiasa ingat bahwa tiap
orang dari suku bangsa dan kabilah yang berbeda-beda yang memiliki
dialek khusus dan tiap orang dari mereka tidak dapat melafalkan tiap
huruf Arab secara tepat.
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra meriwayatkan suatu kisah yang terkenal
tentang seorang lelaki yang sangat pengecut yang mengira bahwa dirinya
merupakan seorang pemberani. Ia pergi ke tukang tato dan memintanya
untuk menggambar seekor singa di badannya. Adalah kebiasaan di masa
lalu bahwa para pemberani suka membuat tato untuk menunjukan
keberanian mereka. Tukang tato pun melakukan pekerjaannya. Ketika ia
menusuk jarumnya, si pengecut ini bertanya bahwa apa yang akan ia
gambar terlebih dahulu? Tukang tato itu menjawab bahwa ia akan
menggambar ekor singa. Lelaki tersebut berkata bahwa seekor singa bisa
menjadi singa tanpa ekornya. Tukang tato itu membenarkannya. Lalu
lelaki itu memintanya untuk tidak menggambar ekor singa. Tukang tato
kemudian menusuk jarumnya lagi dan lelaki itu bertanya lagi apa yang
hendak ia gambar? Tukang tato menjawab bahwa ia akan menggambar kaki
depan kanan singa. Lelaki itu berkata bahwa seekor singa masih dapat
menjadi singa tanpa kaki depan kanan. Tukang tato membenarkannya.
Lelaki tersebut memintanya untuk tidak menggambar kaki depan kanan
singa. Hal ini berlanjut ke kaki depan kiri, kaki belakang kanan dan
kiri. Pada akhirnya tukang tato tersebut berhenti dan berkata bahwa
tidak ada yang dapat digambar.
Setelah mengisahkan ini, Hadhrat Mushlih Mau'ud ra bersabda, "Kondisi
Islam saat ini juga cukup serupa. Para pemimpin Muslim serta para
ulama mengangkat beragam slogan, wacana dan diskursus namun pada
praktek perbuatannya tidak ada. Cara mereka menasehati orang-orang
juga tidak ada hubungannya dengan ajaran Islam tatkala mereka meminta
orang-orang untuk meninggalkan ini dan itu sesuai dengan kebenaran
mereka sendiri; ringkasnya mereka menyelamatkan diri masing-masing
dari banyak hal."
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra menyajikan contoh lain dalam konteks yang
sama ini. Kakek beliau dari pihak ibu, Mir Nashir Nawwab (putra
seorang penyair sufi terkenal Mir Dard dari Delhi), berkata bahwa
beliau sangat imut sewaktu kecil. Beliau menceritakan, "Pada musim
mangga, orang tua beserta saudara-saudara saya duduk bersama di suatu
pagi untuk makan mangga. Saya menyimpan mangga yang manis dengan dalih
bahwa mangga itu asam. Ketika semua mangga telah habis, saya akan
berkata, 'Ah, saya masih lapar. Jadi saya akan makan mangga yang asam
itu juga.' Suatu ketika, saudara saya yang lebih tua berkata, 'Saya
juga masih lapar, jadi saya juga ingin memakan mangga yang asam itu.'
Akhirnya ia mengetahui bahwa mangga tersebut sebenarnya manis.
Demikian pula kondisi umat Islam saat ini. Jika mereka yang ingin
memaksakan syariah juga keadaannya seperti itu maka bagaimana pula
dengan mereka yang tidak dekat/akrab dengan ajaran Islam. Mereka
memaksakan penegakan syariah seraya mengesampingkan beberapa hal bagi
keuntungan diri mereka dengan cara mempedayai. Sementara kisah kakek
Hadhrat Mushlih Mau'ud dari pihak ibu ini bersifat kekanak-kanakan,
namun para pemimpin Muslim ini melakukan kesalahan tersebut dengan
sengaja. Mereka yang tidak tahu apa-apa tentang Islam tidak akan
membiarkan sesuatu pun, baik itu daging dan juga tulangnya, tetapi
akan melahap segala sesuatunya, bahkan jika itu sia-sia/salah.
Penjarahan dan perampasan atas nama Islam pada zaman ini mereka
izinkan demi keinginan pribadi sebagaimana kita lihat di tiap tempat
dan pemandangan ini merajalela. Ini merupakan tragedi besar bagi Islam
pada masa ini. Disebabkan para pemimpin agama seperti itu, umat Muslim
selebihnya sibuk dalam perampasan dan pembunuhan atas nama Islam.
Karena ulah para pemimpin agama seperti ini, maka muncul beberapa
kelompok dan organisasi tertentu yang sedang menyebarkan kekejaman.
Semoga Allah mengasihani umat Muslim.
Kemudian, Hadhrat Mushlih Mau'ud ra menarik perhatian para anggota
Jemaat ke arah bagaimana agar dapat meninggikan tingkat keimanan
dengan memperbaiki keadaan kerohanian. Beliau ra bersabda bahwa jika
kalian menanamkan ketakwaan dan keshalehan serta menanamkan kebiasaan
shalat dan berdzikir kepada Allah Ta'ala, memanjatkan shalawat dan
mendirikan tahajjud, niscaya Allah Ta'ala akan memberkati kalian
dengan mimpi dan kasyaf yang benar serta akan berbicara kepada kalian.
Suatu mukjizat yang hidup merupakan sesuatu yang seseorang rasakan
secara pribadi. Tidak diragukan lagi Hadhrat Ibrahim, Hadhrat Musa dan
Hadhrat Isa as menunjukan banyak mukjizat namun mukjizat yang besar
bagi seseorang hanyalah mukjizat yang ia rasakan secara pribadi.
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra menyajikan contoh keteladanan dalam hal
kemajuan iman dan penyaksian seseorang atas Tanda kebenaran di dalam
dirinya sendiri. Dalam hal ini beliau as menceritakan perihal Hadhrat
Tn. Sahibzada Abdul Latif Syahid. Setelah menerima Ahmadiyah, Hadhrat
Tn. Sahibzada Abdul Latif Syahid pulang dari Qadian ke kampung
halamannya, Kabul (Afghanistan). Gubernur Kabul memintanya untuk
bertaubat. Tn. Sahibzada mengatakan padanya bahwa sebelum ia
meninggalkan Qadian, ia telah bermimpi bahwa ia akan diborgol.
Lalu bagaimana ia akan mengubah pendiriannya setelah Allah Ta'ala
mengatakan padanya bahwa ia akan diborgol di jalan-Nya! Keyakinannya
yang teguh ini berasal dari apa yang ia telah rasakan secara pribadi
di dalam mimpi. Ringkasnya, jika seseorang mempunyai iman yang kuat
dan terjalin hubungan dengan Allah Ta'ala maka ia takkan takut kepada
orang-orang duniawi.
Selanjutnya, Hadhrat Mushlih Mau'ud ra menyajikan contoh lain. Hadhrat
Tn. Sufi Ahmad Jan Ludhianwi merupakan seorang saleh dan yang sangat
bertakwa di kalangan orang-orang di masanya. Suatu kali Maharaja Jammu
memintanya untuk berkunjung untuk mendoakannya namun ia menjawab,
"Jika engkau meminta saya untuk mendoakan engkau, maka engkau harus
datang mengunjungi saya. Mengapa saya yang harus datang kepada Anda?"
Oleh karena itu, jika seseorang mempunyai hubungan dengan Allah Ta'ala
maka ia takkan takut kepada siapa pun. Hadhrat Mushlih Mau'ud ra
menyebutkan bahwa betapa orang-orang [di India masa itu] sangat
menghargai dan menghormati Hadhrat Masih Mau'ud as sebelum pendakwaan
beliau as. Kita tahu bahwa ketika Barahin Ahmadiyah diterbitkan,
ratusan ribu orang memandang Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as dengan
pandangan yang sangat baik.
Tn. Sufi merupakan salah seorang diantara kesaksian mereka itu namun beliau wafat sebelum Hadhrat Masih Mau'ud
as menyatakan pendakwaannya. Tn. Sufi memiliki kecintaan yang mendalam
terhadap Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. Tn. Sufi menulis bait syair
Urdu kepada Hadhrat Masih Mau'ud as (Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as)
dalam sebuah surat:
'Kami semua yang sedang sakit ini hanya melihat Anda semata, Karena
Tuhan, jadilah Anda Al-Masih!' Tak diragukan lagi bahwa hal ini merupakan indikasi pandangan jauh ke
depan Tn. Sufi yang adalah seorang Waliullah yang secara jeli dan
tajam melihat bahwa Hadhrat Masih Mau'ud as adalah seorang yang
dijanjikan, baik beliau as mendakwakan diri atau pun tidak. Dan
sebelum kewafatannya, ia menasehati keluarganya untuk menerima beliau
as ketika beliau menyampaikan pendakwaannya. Para ulama lain yang
meskipun tidak memiliki pandangan seperti Hadhrat Sufi Sahib, biasa
mengatakan bahwa hanya Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as yang dapat
menyelamatkan Islam.
Namun, ketika Hadhrat Masih Mau'ud as memberikan pendakwaannya dan
memberikan obat penawar, semua orang terkemuka menolak dan berkata apa
yang mereka anggap sebagai emas telah menjadi tembaga. Meskipun ia
memiliki ratusan ribu orang murid, namun hanya 40 orang yang berbaiat
pertama kali kepada Hadhrat Masih Mau'ud as. Padahal Maulwi Sanaullah
(yang di kemudian hari menjadi penentang) pernah menulis bahwa ia
telah berjalan ke Qadian untuk berjumpa dengan Hadhrat Masih Mau'ud as
setelah penerbitan buku Barahin Ahmadiyah dan Maulwi Muhammad Hussain
Batalwi (juga menjadi seorang penentang) juga pernah menulis bahwa
tidak ada seorang pun dalam 1300 tahun ini yang telah mengkhidmati
Islam seperti Hadhrat Masih Mau'ud as.
Bahkan sekarang, banyak pengelola saluran (televisi) yang menyatakan
diri Islami mengatakan bahwa sungguh beliau as (Pendiri Ahmadiyah)
pada masa kehidupan beliau as telah mengkhidmati Islam dengan baik
namun kemudian – Naudzubillah – beliau menjadi rusak. Orang-orang yang
mengatakan ini buta mata rohani dan tidak memiliki pengetahuan.
Alih-alih mencari pertolongan Allah Ta'ala, mereka telah masuk ke
dalam kegelapan mereka sendiri.
Kita berdoa semoga Allah Ta'ala Suatu ketika rumah tempat terjadinya baiat pertama di Ludhiana
disebut-sebut dalam Majlis Syura Jemaat tahun 1931. Hadhrat Mushlih
Mau'ud ra bersabda kepada para anggota Majlis Syura bahwa beliau
menganggap rumah di Ludhiana tempat terjadinya baiat pertama sangat
penting dan Hadhrat Masih Mau'ud as telah secara khusus
menyebutkannya, "باب اللُدّ" sebagai suatu tempat Dajjal akan dibunuh
berdasarkan Nubuatan Nabi saw, artinya tempat di dalamnya para
penentang dan Dajjal dieliminasi (dihabiskan). Jemaat harus menaruh
perhatian secara khusus pada tempat Hadhrat Masih Mau'ud as untuk
mengambil baiat. Ketika Hadhrat Khalifatul Masih I ra meminta Hadhrat
Masih Mau'ud as untuk mengambil baiat, beliau as memilih Ludhiana
sebagai tempat pelaksanaan pengambilan baiat.
Hadhrat Sufi Jan Sahib yang kepadanya Allah Ta'ala telah berikan
pandangan masa depan untuk dapat mengenali Hadhrat Masih Mau'ud as
juga berasal dari Ludhiana dan istri dari Hadhrat Khalifatul Masih I
ra merupakan putri beliau. Hadhrat Mushlih Mau'ud ra bersabda bahwa
beliau ingin melihat tempat yang dipilih dan nama-nama dari 40 orang
yang berbaiat tertulis di sana. Dengan karunia Allah Ta'ala, sekarang rumah tersebut sudah ada di
tangan Jemaat. Meskipun saya tidak memiliki fakta dan datanya untuk
disampaikan, segala upaya sedang dilaksanakan untuk menjadikannya
sebagai monumen bersejarah sebagaimana yang Hadhrat Mushlih Mau'ud ra
inginkan.
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra menjelaskan perihal Ludhiana dan nubuatan
putra yang dijanjikan dengan bersabda bahwa Hadhrat Rasulullah saw
melihat mimpi yaitu diperlihatkan pada beliau seikat anggur surga dan
dikatakan bahwa itu adalah untuk Abu Jahal. Tafsir dari mimpi tersebut
adalah bahwa putra Abu Jahal, Ikrimah bin Abu Jahal, akan masuk Surga,
dan demikianlah yang telah terjadi. Allah Ta'ala telah menganugerahi
taufik kepada putra Abu Jalah itu untuk menjadi seorang pria yang
saleh dan mempersembahkan pengorbanan yang cemerlang di jalan agama.
Suatu ketika selama terjadinya suatu peperangan di masa awal Islam
[perang umat Islam melawan kekaisaran Romawi, perang Yarmuk, terjadi
pada akhir masa Khilafat Abu Bakr dan awal masa Khilafat Umar], umat
Kristen [yang mendukung kekaisaran Romawi] berada di atas angin. Umat
Muslim mengalami kondisi yang sulit. Anak-anak panah prajurit Romawi
melesat dan banyak mengenai mata-mata (penglihatan) para prajurit
Muslim. Banyak juga dari antara para sahabat yang disyahidkan.
Ikrimah tidak dapat menerima keadaan ini.
Setelah meminta izin kepada Qaid (komandan tempur) dan mendapatkan izin, beliau bersama 60
prajurit Muslim lainnya dengan gagah berani kemudian melompat ke
jantung pasukan musuh [pusat komando/pimpinan musuh] dalam peperangan
tersebut. Serangannya begitu kuat sehingga menyebabkan komandan musuh
melarikan diri dan terjadi kekacauan di pihak barisan pasukan musuh.
Namun demikian, Ikrima dan orang-orangnya juga menderita luka parah.
Orang Muslim yang bertugas memberikan air minum kepada orang-orang
yang terluka pun datang menghampirinya namun Ikrimah melihat Hadhrat
Suhail bin Amr sedang terluka dan memandang air itu. Beliau pun
meminta si pembawa air minum ini untuk terlebih dahulu mendatangi
Hadhrat Suhail memberikan air minum itu kepadanya. Ketika ia pergi ke
sana, Hadhrat Sohail meminta si pembawa air minum itu untuk pergi ke
Hadhrat Haris bin Hisham terlebih dahulu. Ketika si pembawa air itu
mendatangi Hadhrat Haris, ternyata beliau telah wafat. Kemudian ia
pergi ke Hadhrat Suhail, ternyata beliau pun juga telah wafat.
Akhirnya, ia pergi ke Ikrimah yang ternyata juga telah wafat. Dengan
demikian, jika ada seseorang penjahat, atau Ateis atau pendusta maka
tidak mungkin ada orang yang dapat mengatakan bahwa anak keturunan
orang semacam itu pasti akan sama dengan orang tuanya. Pendek kata,
nubuatan Allah Ta'ala terjadi dengan corak yang aneh. Di dalam firman
Allah terdapat kesaksian-kesaksian yang menjelaskan tema bahasannya,
jika tak ada di dalamnya kesaksian maka tak layak diterima. Tatkala
Hadhrat Rasulullah saw melihat mimpi tersebut, beliau saw terkejut dan
berkata dalam hati bagimana mungkin Abu Jahal akan berada di surga
mendapatkan seikat anggur. Namun, maksud dari mimpi itu ialah putra
Abu Jahal akan beriman dan mempersembahkan pengorbanan besar bagi
Islam.
Berkenaan dengan nubuatan Hadhrat Masih Mau'ud as tentang 'Mushlih
Mau'ud', pada diri nubuatan itu sendiri terdapat kesaksian-kesaksian
kebenaran yang banyak sebagaimana juga nubuatan-nubuatan lainnya.
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra bersabda bahwa pada saat disampaikannya
nubuatan tersebut, orang-orang Qadian bahkan tidak mengenal ayah dari
'Mushlih Mau'ud' ini. Mereka merasa Tn. Mirza Ghulam Murthadha, kakek
'Mushlih Mau'ud' (ayah Masih Mau'ud) hanya memiliki seorang putra
yakni Mirza Ghulam Qadir, uwak 'Mushlih Mau'ud', kakak Masih Mau'ud.
Dengan demikian, seseorang yang tak dikenal itu yakni Hadhrat Mirza
Ghulam Ahmad menubuatkan bahwa Allah Ta'ala akan menganugerahinya
anak-anak yang akan berumur panjang, dan diantara anak-anaknya
terdapat seseorang yang akan menyebarluaskan namanya (nama ayahnya,
Mirza Ghulam Ahmad) ke pelosok-pelosok dunia dan melaluinya pesan
dakwah Islam akan sampai ke penjuru-penjuru negeri di dunia! Dapatkah
ada seseorang di dunia ini yang mampu berkata-kata seperti itu dari
dirinya sendiri?
Nubuatan tersebut juga mengatakan bahwa ia akan membuat 3 menjadi 4
yang juga berarti bahwa kelahiran Hadhrat Mushlih Mau'ud terjadi pada
tahun keempat nubuatan tersebut. Sungguh, beliau lahir pada 12 Januari
1889 dan pada 23 Maret 1889, Hadhrat Masih Mau'ud as mengambil baiat
dari para pengikutnya. Nubuatan ini sangat terkenal di kalangan Jemaat
kita dan juga di luar Jemaat. Orang-orang biasa menanyakan siapakah
anak yang dimaksud tersebut? Nubuatan itu menyebutkan nama Mahmud dan
Bashir Tsani sehingga Hadhrat Mushlih Mau'ud ra dinamai Bashiruddin
Mahmud Ahmad.
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra pergi ke Ludhiana untuk menyatakan diri
bahwa sungguh beliau-lah Sang Pembaharu Yang Dijanjikan tersebut.
Jemaat mempunyai hubungan dengan kota Ludhiana dalam beberapa segi.
Pertama; kota ini merupakan tempat terjadinya baiat pertama oleh
Hadhrat Masih Mau'ud as. Kedua, kota itu juga merupakan tempat
berlangsungnya pernikahan Hadhrat Khalifatul Masih I ra dengan putri
Hadhrat Tn. Sufi Jan dan ketiga anak yang disebutkan dalam nubuatan
'Mushlih Mau'ud' tersebut lahir dari istri Hadhrat Masih Mau'ud as
yang telah tinggal di Ludhiana.
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra berkata bahwa beliau ingat pernah tinggal
sebentar di Ludhiana ketika berumur 2 tahun dan ingat bahwa rumah
beliau langsung bersebelahan dengan jalan raya. Hanya satu peristiwa
yang beliau ingat yakni ketika beliau sedang berada di luar rumah, ada
seorang anak kecil melemparkan seekor kadal mati kepada beliau. Hal
tersebut membuat beliau takut dan lari pulang sambil menangis.
Ahmadiyah mempunyai hubungan dengan kota Ludhiana dalam beberapa segi.
Ludhiana sungguh merupakan tempat yang sangat berarti. Sebagaimana
biasanya, hal-hal yang berasal dari Allah Ta'ala senantiasa mendapat
penentangan. Setelah nubuatan ini, diadakan pertemuan di berbagai
tempat/kota lain namun tidak ada satu pun terjadi penentangan.
Akan tetapi, ketika Hadhrat Mushlih Mau'ud ra datang ke Ludhiana dan
mengumumkan bahwa beliau merupakan seorang Mushlih Mau'ud dan dengan
demikian nubuatan tersebut menjadi tergenapi. Beliau mengalami reaksi
permusuhan dari orang-orang di kota tersebut. Mereka yang melakukan
olok-olok melakukannya karena lupa akan ajaran Hadhrat Rasulullah saw.
Namun, nubuatan Hadhrat Masih Mau'ud tergenapi dengan segala
kemuliaannya. Doa semoga Allah Ta'ala menganugerahi penduduk Ludhiana
taufik untuk mengimani Hadhrat Masih Mau'ud as dan menjadikan mereka
yang menentang sebagai orang-orang yang berdiri di pihak beliau as.
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra meriwayatkan perihal salah seorang Shahabat
Hadhrat Masih Mau'ud, Hadhrat Mian Abdullah Sahib Sanori yang memiliki
kecintaan dan ikatan mendalam terhadap beliau as. Suatu kali beliau
datang ke Qadian dan Hadhrat Masih Mau'ud as memberinya sebuah tugas.
Ketika cutinya habis, beliau meminta izin kepada Hadhrat Masih Mau'ud
as untuk kembali pulang. Hadhrat Masih Mau'ud as memintanya untuk
tetap tinggal. Sanori Sahib meminta kepada kantornya untuk
memperpanjang cutinya namun permintaan beliau tersebut tidak diterima.
Beliau menceritakan hal ini kepada Hadhrat Masih Mau'ud as namun
beliau as memintanya untuk tetap tinggal. Sanori Sahib menulis surat
ke kantornya bahwa beliau tidak dapat kembali dan akibatnya, pihak
kantor menghentikannya dari pekerjaan. Sanori Sahib menetap di Qadian
selama yang Hadhrat Masih Mau'ud as inginkan. Ketika kembali pulang,
beliau mendapati bahwa karyawan yang memecatnya tadi tidak diberi
wewenang untuk melakukan hal tersebut. Sehingga beliau tidak hanya
mendapatkan kembali pekerjaannya, namun juga memperoleh gaji beliau
yang tertunda.
Sahabat Hadhrat Masih Mau'ud as lainnya yakni Hadhrat Tn. Munshi Zafar
Ahmad dari Kaporthala. Beliau bekerja di pengadilan. Tn. Munshi Zafar
Ahmad ini datang ke Qadian untuk bertemu dengan Hadhrat Masih Mau'ud
as. Kemudian beliau meminta izin pulang pada hari ketiga. Akan tetapi
Hadhrat Masih Mau'ud as memintanya untuk tetap tinggal.
Sebulan berlalu. Tidak ada lagi pekerjaan dan beliau menerima berbagai
surat teguran keras dari atasan beliau. Beliau begitu senang berada di
kalangan para sahabat Hadhrat Masih Mau'ud as sehingga beliau tidak
mempedulikan apapun dan tidak ada pula merasa ragu. Ketika menerima
surat teguran keras lainnya, beliau menceritakannya kepada Hadhrat
Masih Mau'ud as. Beliau as memintanya untuk menjawab surat tersebut
dan mengatakan bahwa beliau tidak dapat kembali. Selang satu bulan
kemudian, Hadhrat Masih Mau'ud as mengatakan kepada Hadhrat Tn. Munshi
bahwa beliau sekarang boleh pulang. Setibanya di Kaporthala, Hadhrat
Tn. Munshi pergi mengunjungi Hakim untuk melihat reaksinya. Hakim
tersebut berkata, "Mirza Sahib pasti tidak mengizinkan engkau untuk
kembali dan perintahnya harus didahulukan!"
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra bersabda bahwa sekelompok orang ini (yaitu
Jemaat ini) membangun teladan luhur dalam hal kecintaan yang mendalam
sehingga membuat kita tidak malu di depan Jemaat-Jemaat para Nabi di
masa lalu. Di kalangan para anggota Jemaat kita bisa jadi terdapat
kelemahan dan mereka lalai namun jika para sahabat Hadhrat Musa as
menampilkan di depan kita teladan mereka, kita juga dapat
memperlihatkan teladan para anggota Jemaat ini yang sebanding dengan
mereka. Demikian pula, jika pada hari Kiamat para Hawari (sahabat)
Hadhrat Isa as memperlihatkan/menunjukkan karya dan perbuatan agung
mereka, kita juga dengan bangga dapat menampilkan teladan para sahabat
kami.
Ketika Hadhrat Rasulullah saw bersabda bahwa beliau tidak dapat
membedakan antara umat beliau saw dengan umat Imam Mahdi. [1]
Mereka adalah orang-orang yang senantiasa siap memberikan berbagai
macam pengorbanan seperti Hadhrat Abu Bakar ra, Hadhrat Umar ra,
Hadhrat Usman ra dan Hadhrat Ali ra serta para Shahabat Nabi saw
lainnya. Mereka juga senantiasa siap sedia memikul segala jenis
musibah dan penderitaan di jalan Allah Ta'ala.
Lihatlah teladan Hadhrat Khalifatul Masih I ra yang mendapatkan
kedudukan yang khas di dalam Jemaat. Pengorbanan beliau sungguh sangat
besar. Ketika beliau datang ke Qadian untuk mengunjungi Hadhrat Masih
Mau'ud as, pekerjaan dan tanggung jawabnya untuk kembali pulang di
Bhaira sangat besar. Ketika beliau meminta izin untuk pulang, Hadhrat
Masih Mau'ud as memintanya untuk tetap tinggal. Hadhrat Khalifatul
Masih I ra bahkan tidak pulang sama sekali meskipun hanya untuk
membawa barang-barang beliau dari Bhaira. Beliau ra malah meminta
tolong kepada seseorang untuk mengambilkannya. Inilah pengorbanan yang
menjadikan Jemaat ini istimewa di hadapan Allah Ta'ala. Inilah
kedudukan yang hendaknya setiap orang dari kita harus berusaha
mencapainya.
Keimanan filosofis saja yang dimiliki seseorang tidak dapat
menjadikannya sebagai orang yang memberikan manfaat apapun. Iman yang
memberikan manfaat bagi manusia ialah keimanan yang memberikan
(dihiasi dengan) kelezatan isyq dan mahabbah (kecintaan). Sementara
pada saat yang sama seorang filosof (orang yang berfalsafah/filsafat)
dengan pernyataan kecintaannya, padanya tidak terdapat keteguhan yang
lebih, itu tak lebih dari diskursus/wacana perdebatan filosofis karena
ia tidak berpandangan dengan mata hati melainkan berpandangan dengan
mata akal saja, tetapi seseorang yang mengenal kebenaran dari Allah
Ta'ala dan mengenal sya'aa-iruLlah (syiar-syiar Allah) dengan mata
hatinya dan bukan dengan mata akalnya tidak dapat dibohongi/ditipu
oleh siapapun karena pikiran mengilhami filsafat sedangkan hati
mengilhami kecintaan yang mendalam.
Semoga Allah Ta'ala memungkinkan kita untuk mengenal Imam Zaman dengan
mata hati kita dan semoga kita tetap teguh dalam keimanan kita dan
kita selamanya menjadi orang-orang yang mengenali sya'aa-iruLlah
(syiar-syiar Allah) dan semoga Syaithan tidak pernah dapat memperdayai
kita.
Shalat jenazah ghaib diumumkan bagi seorang Darwaisy, Maulwi Khushid
Ahmad Sahib yang meninggal dunia pada 24 Juli berusia 94 tahun.
Penenrjemah: Hafizurrahman; editor: Dildaar Ahmad Dartono
_______TANDA Umat Muslim Menunjukan KECINTAAN DAN PENGHORMATAN TERHADAP AL-Quran. Akhir-akhir ini. Sebuah video diperlihatkan kepada saya berkenaan dengan seorang Maulwi Afrika yang mengajarkan Al-Quran kepada orang-orang dewasa dan memukuli mereka tanpa ampun jika mereka berbuat
kesalahan kecil.
Seseorang yang bahasanya bukan bahasa Al-Qur'an
(bahasa Arab) dan pada saat yang sama telah berusia dewasa, yaitu
sudah berumur 17-18 tahun atau bahkan lebih dari pada itu, tidak dapat
melafalkan setiap huruf dengan tepat seperti halnya para Qurra-a
(seseorang yang telah dilatih untuk menilawatkan Al-Quran, yang dalam
bentuk tunggal disebut Qari).
Sebagai dampak dari sikap seperti itu
maka orang-orang menghindari membaca/mempelajari Al-Quran dan inilah
penyebab banyaknya orang Islam bukan Arab yang tidak tahu/tidak mampu
bagaimana cara membaca Al-Quran. Jika kaum Muslimin hendak mempelajari
Al-Quran maka mereka harus melakukannya dengan cara-cara yang dapat
menciptakan kecintaan dan kegemaran untuk membacanya.
Beberapa waktu belakangan ini ada seorang wanita Jepang yang bermukim
di UK (Inggris) dan telah berbaiat. Ia mengunjungi saya. Ia berkata
bahwa dengan karunia Allah Ta'ala ia telah mengkhatamkan Al-Quran
untuk pertama kalinya dalam 3 tahun dan berkeinginan untuk
membacakannya di hadapan Saya.
Ia membacanya dengan cara yang sangat menyentuh. Memang, poin utamanya adalah kecintaan terhadap Al-Quran
dan membacanya dengan cara yang menyentuh. Tujuannya bukanlah hanya
untuk melantunkan suara supaya menyerupai seorang Qari (pembaca
Al-Qur'an yang terlatih baik). Allah Ta'ala memerintahkan untuk
membaca Al-Quran dengan tartil, seraya direnungkan dan dengan
pelafalan yang sebaik-baiknya.
Tidaklah mudah untuk melafalkan Al-Quran seperti orang-orang Arab.
Beberapa huruf hijaiyyah tidak dapat dilafalkan dengan tepat oleh
orang-orang non-Arab kecuali jika mereka dibesarkan di kalangan
orang-orang Arab. Orang-orang Jepang juga tidak mampu melafalkan
beberapa huruf secara tepat. Memang, wanita Jepang ini juga tidak
dapat melafalkan beberapa huruf dengan tepat. Ia tidak mampu
membedakan pelafalan antara huruf الحاء ha dengan الخاء kha. Kala ia
membaca huruf kha terdengar seperti huruf ha. Namun mendengarkannya
membaca Al-Quran memberikan kesan bahwa sungguh menyulitkan bagi
beberapa orang Jepang – meskipun tidak bisa dikatakan semua orang
Jepang – merasa sulit untuk melafalkan beberapa huruf hijaiyyah. Poin
utamanya adalah kecintaan terhadap firman Allah Ta'ala, dan seseorang
sedapat mungkin sesuai kemampuannya membacanya secara benar; dan bukan
hanya dengan cara menjadikan seseorang seperti Qari (pembaca Al-Qur'an
yang terlatih baik) dan mengikuti musabaqah tilawatil qur'an (lomba
baca Al-Qur'an). Allah Ta'ala dan rasul-Nya saw memandang dengan penuh
kasih sayang terhadap kalimat "أسهد" 'ashadu' yang diucapkan oleh
Hadhrat Bilal ra [saat adzan di masa Nabi saw], bukan kalimat "أشهد"
asyhadu' [Hadhrat Bilal ra sebagai orang 'Ajam (bukan Arab) tidak
dapat melafalkan beberapa huruf Hijaiyyah dengan baik.] Tidak ada
seorang Qari atau seorang Arab pun yang sebanding dengan Hadhrat Bilal
ra dalam hal kasih sayang dan kecintaan yang beliau dapatkan dari
Allah Ta'ala dan rasul-Nya saw itu.
Orang-orang dari berbagai agama sedang masuk ke dalam Jemaat ini dan
sejumlah besar umat Islam tidak tahu bagaimana membaca Al-Quran.
Banyak dari antara para mubaligh kita dihadapkan pada situasi demikian
di Afrika. Para guru Al-Quran hendaknya mengajarkannya dengan suatu
metode sehingga dapat menanamkan kecintaan dan kegemaran untuk
mempelajarinya. Semoga Allah Ta'ala memberikan ganjaran kepada wanita
Pakistani yang tidak hanya mengajarkan wanita Jepang ini cara membaca
Al-Quran namun juga menanamkan kecintaan terhadap Al-Quran di dalam
dirinya! Tujuan utamanya adalah bukan untuk menilawatkan Al-Quran
seperti Qari; tentu penting untuk terus membaca Al-Quran dengan cara
yang semakin baik. Namun tidak benar untuk berhenti membacanya hanya
karena tidak dapat melafalkan beberapa huruf Hijaiyyah. Apa yang
hendaknya kita lakukan adalah upaya untuk memperbaiki cara pelafalan
kita sebaik mungkin yang mendekati bunyi aslinya dan senantiasa terus
meningkatkan kualitas kita dalam hal tersebut.
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra bersabda bahwa tidaklah benar untuk berupaya
melafalkan setiap kata Al-Quran seperti seorang Qari. Hal demikian
karena Allah Ta'ala tidak memberikan kita yang 'Ajam (bukan Arab),
kapasitas/kemampuan untuk itu. Beliau ra bersabda bahwa almarhum ayah
dari salah seorang istri beliau, Ummi Tahir sangat bersemangat
mengajarkan Al-Quran dan telah menyewa pengajar bagi anak-anak mereka.
"Para pengajar ini sangat tergesa-gesa dan seringkali memukul kami
(Ummi Tahir dan saudara-saudaranya) jika kami membuat kesalahan.
Mereka akan menyela/memasukkan diantara jari-jari kami dengan ranting
kayu lalu menekannya jika kami salah dalam melafalkan huruf. (seperti
dilakukan oleh sebagian Ustadz/guru ngaji jaman sekarang) Dialek kami
sebagai orang-orang Punjab membuat kami tidak mampu melafalkan
kalimat-kalimat bahasa Arab secara tepat dan benar."
Sebagaimana yang dikisahkan pada khotbah Jumat sebelum ini bahwa suatu
kali seorang Arab datang menemui Hadhrat Masih Mau'ud as. Di
tengah-tengah percakapan, ia mendengar beliau as mengucapkan dua atau
tiga kali suatu huruf Hijaiyyah (yaitu huruf dhaadh الضاد) dalam logat
Punjabi, ia lalu berkata bahwa bagaimana beliau as dapat menjadi
seorang Almasih jika tidak dapat mengucapkan huruf tersebut.
Orang Arab tersebut berlaku sangat tidak sopan dan menyerang secara
kata-kata padahal setiap bangsa/negeri mempunyai logatnya
masing-masing. Bangsa Arab sendiri yang menyatakan diri bahwa
merekalah yang dapat mengucapkan huruf الضاد 'dhaadh' secara benar
yang berarti bangsa Hindi/India tidak dapat melakukannya. Hadhrat
Mushlih Mau'ud as bersabda bahwa orang-orang India melafalkan huruf
الضاد 'dhaadh' dalam 2 cara dengan makhraj yang berbeda, yaitu دال
daal dan زاي zaay padahal makhraj huruf الضاد 'dhaadh' bukan itu. Jika
bangsa Arab mengatakan bahwa hanya mereka yang dapat membunyikan huruf
'Dhat', lalu untuk apa mereka mengkritik orang selain mereka?
Para Ahmadi yang berbangsa Arab hendaknya memperhatikan hal ini.
Sebagian besar mereka memahaminya namun sebagian yang lain memiliki
sifat sombong. Di sini (di UK/Inggris) ada seorang wanita Ahmadi Arab
yang menikah dengan seorang Ahmadi Pakistan. Nyonya tersebut
menganggap diri telah mengeluarkan suara huruf-huruf Hijaiyyah dari
mulutnya dengan lafal yang benar padahal tidak sempurna/sepenuhnya
benar. Jika ia hanya diam dan menyimpannya bagi dirinya sendiri, maka
saya tidak akan menceritakan hal ini. Tetapi saya diberitahu/mendapat
laporan bahwa di beberapa majelis pertemuan ia berbicara dengan nada
mengejek orang-orang Pakistan serta berkata, "Orang-orang Pakistan
tidak dapat melafalkan huruf Hijaiyyah dengan tepat, tidak bisa/tidak
dapat membaca Al-Quran dan orang-orang Arab senantiasa mengolok-olok
orang-orang Pakistan dalam hal ini."
Saya (Hadhrat Khalifatul Masih V atba) tidak bermaksud
mengatakan/tidak berkeyakinan bahwa seluruh orang Arab/setiap orang
dari bangsa Arab melontarkan cacian seperti ini. Mungkin yang dimaksud
ialah keluarga wanita Arab itu yang menikah dengan yang bukan Arab.
Islam mengajarkan kita bagaimana harus memenangkan/melapangkan hati
segala etnis (suku bangsa) dan menjadikan mereka akrab dengan firman
Allah Ta'ala bahkan juga menanamkan kecintaan terhadap Al-Quran di
dalam hati mereka. Namun demikian, orang-orang senantiasa membacanya
dengan logat mereka masing-masing dan karena kecintaannya terhadap
Al-Quran, mereka senantiasa berusaha membacanya dengan sebaik-baiknya.
Memang, hendaknya perhatian diberikan untuk membaca Al-Quran dengan
tepat seraya merenungkannya. Mereka yang mengetahui cara pelafalannya
yang benar dan mampu membantu hendaknya senantiasa membantu yang lain
bukannya melontarkan ejekan kepada mereka. Mereka yang mempu
melafalkan secara tepat dan benar harus senantiasa ingat bahwa tiap
orang dari suku bangsa dan kabilah yang berbeda-beda yang memiliki
dialek khusus dan tiap orang dari mereka tidak dapat melafalkan tiap
huruf Arab secara tepat.
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra meriwayatkan suatu kisah yang terkenal
tentang seorang lelaki yang sangat pengecut yang mengira bahwa dirinya
merupakan seorang pemberani. Ia pergi ke tukang tato dan memintanya
untuk menggambar seekor singa di badannya. Adalah kebiasaan di masa
lalu bahwa para pemberani suka membuat tato untuk menunjukan
keberanian mereka. Tukang tato pun melakukan pekerjaannya. Ketika ia
menusuk jarumnya, si pengecut ini bertanya bahwa apa yang akan ia
gambar terlebih dahulu? Tukang tato itu menjawab bahwa ia akan
menggambar ekor singa. Lelaki tersebut berkata bahwa seekor singa bisa
menjadi singa tanpa ekornya. Tukang tato itu membenarkannya. Lalu
lelaki itu memintanya untuk tidak menggambar ekor singa. Tukang tato
kemudian menusuk jarumnya lagi dan lelaki itu bertanya lagi apa yang
hendak ia gambar? Tukang tato menjawab bahwa ia akan menggambar kaki
depan kanan singa. Lelaki itu berkata bahwa seekor singa masih dapat
menjadi singa tanpa kaki depan kanan. Tukang tato membenarkannya.
Lelaki tersebut memintanya untuk tidak menggambar kaki depan kanan
singa. Hal ini berlanjut ke kaki depan kiri, kaki belakang kanan dan
kiri. Pada akhirnya tukang tato tersebut berhenti dan berkata bahwa
tidak ada yang dapat digambar.
Setelah mengisahkan ini, Hadhrat Mushlih Mau'ud ra bersabda, "Kondisi
Islam saat ini juga cukup serupa. Para pemimpin Muslim serta para
ulama mengangkat beragam slogan, wacana dan diskursus namun pada
praktek perbuatannya tidak ada. Cara mereka menasehati orang-orang
juga tidak ada hubungannya dengan ajaran Islam tatkala mereka meminta
orang-orang untuk meninggalkan ini dan itu sesuai dengan kebenaran
mereka sendiri; ringkasnya mereka menyelamatkan diri masing-masing
dari banyak hal."
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra menyajikan contoh lain dalam konteks yang
sama ini. Kakek beliau dari pihak ibu, Mir Nashir Nawwab (putra
seorang penyair sufi terkenal Mir Dard dari Delhi), berkata bahwa
beliau sangat imut sewaktu kecil. Beliau menceritakan, "Pada musim
mangga, orang tua beserta saudara-saudara saya duduk bersama di suatu
pagi untuk makan mangga. Saya menyimpan mangga yang manis dengan dalih
bahwa mangga itu asam. Ketika semua mangga telah habis, saya akan
berkata, 'Ah, saya masih lapar. Jadi saya akan makan mangga yang asam
itu juga.' Suatu ketika, saudara saya yang lebih tua berkata, 'Saya
juga masih lapar, jadi saya juga ingin memakan mangga yang asam itu.'
Akhirnya ia mengetahui bahwa mangga tersebut sebenarnya manis.
Demikian pula kondisi umat Islam saat ini. Jika mereka yang ingin
memaksakan syariah juga keadaannya seperti itu maka bagaimana pula
dengan mereka yang tidak dekat/akrab dengan ajaran Islam. Mereka
memaksakan penegakan syariah seraya mengesampingkan beberapa hal bagi
keuntungan diri mereka dengan cara mempedayai. Sementara kisah kakek
Hadhrat Mushlih Mau'ud dari pihak ibu ini bersifat kekanak-kanakan,
namun para pemimpin Muslim ini melakukan kesalahan tersebut dengan
sengaja. Mereka yang tidak tahu apa-apa tentang Islam tidak akan
membiarkan sesuatu pun, baik itu daging dan juga tulangnya, tetapi
akan melahap segala sesuatunya, bahkan jika itu sia-sia/salah.
Penjarahan dan perampasan atas nama Islam pada zaman ini mereka
izinkan demi keinginan pribadi sebagaimana kita lihat di tiap tempat
dan pemandangan ini merajalela. Ini merupakan tragedi besar bagi Islam
pada masa ini. Disebabkan para pemimpin agama seperti itu, umat Muslim
selebihnya sibuk dalam perampasan dan pembunuhan atas nama Islam.
Karena ulah para pemimpin agama seperti ini, maka muncul beberapa
kelompok dan organisasi tertentu yang sedang menyebarkan kekejaman.
Semoga Allah mengasihani umat Muslim.
Kemudian, Hadhrat Mushlih Mau'ud ra menarik perhatian para anggota
Jemaat ke arah bagaimana agar dapat meninggikan tingkat keimanan
dengan memperbaiki keadaan kerohanian. Beliau ra bersabda bahwa jika
kalian menanamkan ketakwaan dan keshalehan serta menanamkan kebiasaan
shalat dan berdzikir kepada Allah Ta'ala, memanjatkan shalawat dan
mendirikan tahajjud, niscaya Allah Ta'ala akan memberkati kalian
dengan mimpi dan kasyaf yang benar serta akan berbicara kepada kalian.
Suatu mukjizat yang hidup merupakan sesuatu yang seseorang rasakan
secara pribadi. Tidak diragukan lagi Hadhrat Ibrahim, Hadhrat Musa dan
Hadhrat Isa as menunjukan banyak mukjizat namun mukjizat yang besar
bagi seseorang hanyalah mukjizat yang ia rasakan secara pribadi.
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra menyajikan contoh keteladanan dalam hal
kemajuan iman dan penyaksian seseorang atas Tanda kebenaran di dalam
dirinya sendiri. Dalam hal ini beliau as menceritakan perihal Hadhrat
Tn. Sahibzada Abdul Latif Syahid. Setelah menerima Ahmadiyah, Hadhrat
Tn. Sahibzada Abdul Latif Syahid pulang dari Qadian ke kampung
halamannya, Kabul (Afghanistan). Gubernur Kabul memintanya untuk
bertaubat. Tn. Sahibzada mengatakan padanya bahwa sebelum ia
meninggalkan Qadian, ia telah bermimpi bahwa ia akan diborgol.
Lalu bagaimana ia akan mengubah pendiriannya setelah Allah Ta'ala
mengatakan padanya bahwa ia akan diborgol di jalan-Nya! Keyakinannya
yang teguh ini berasal dari apa yang ia telah rasakan secara pribadi
di dalam mimpi. Ringkasnya, jika seseorang mempunyai iman yang kuat
dan terjalin hubungan dengan Allah Ta'ala maka ia takkan takut kepada
orang-orang duniawi.
Selanjutnya, Hadhrat Mushlih Mau'ud ra menyajikan contoh lain. Hadhrat
Tn. Sufi Ahmad Jan Ludhianwi merupakan seorang saleh dan yang sangat
bertakwa di kalangan orang-orang di masanya. Suatu kali Maharaja Jammu
memintanya untuk berkunjung untuk mendoakannya namun ia menjawab,
"Jika engkau meminta saya untuk mendoakan engkau, maka engkau harus
datang mengunjungi saya. Mengapa saya yang harus datang kepada Anda?"
Oleh karena itu, jika seseorang mempunyai hubungan dengan Allah Ta'ala
maka ia takkan takut kepada siapa pun. Hadhrat Mushlih Mau'ud ra
menyebutkan bahwa betapa orang-orang [di India masa itu] sangat
menghargai dan menghormati Hadhrat Masih Mau'ud as sebelum pendakwaan
beliau as. Kita tahu bahwa ketika Barahin Ahmadiyah diterbitkan,
ratusan ribu orang memandang Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as dengan
pandangan yang sangat baik.
Tn. Sufi merupakan salah seorang diantara kesaksian mereka itu namun beliau wafat sebelum Hadhrat Masih Mau'ud
as menyatakan pendakwaannya. Tn. Sufi memiliki kecintaan yang mendalam
terhadap Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. Tn. Sufi menulis bait syair
Urdu kepada Hadhrat Masih Mau'ud as (Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as)
dalam sebuah surat:
'Kami semua yang sedang sakit ini hanya melihat Anda semata, Karena
Tuhan, jadilah Anda Al-Masih!' Tak diragukan lagi bahwa hal ini merupakan indikasi pandangan jauh ke
depan Tn. Sufi yang adalah seorang Waliullah yang secara jeli dan
tajam melihat bahwa Hadhrat Masih Mau'ud as adalah seorang yang
dijanjikan, baik beliau as mendakwakan diri atau pun tidak. Dan
sebelum kewafatannya, ia menasehati keluarganya untuk menerima beliau
as ketika beliau menyampaikan pendakwaannya. Para ulama lain yang
meskipun tidak memiliki pandangan seperti Hadhrat Sufi Sahib, biasa
mengatakan bahwa hanya Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as yang dapat
menyelamatkan Islam.
Namun, ketika Hadhrat Masih Mau'ud as memberikan pendakwaannya dan
memberikan obat penawar, semua orang terkemuka menolak dan berkata apa
yang mereka anggap sebagai emas telah menjadi tembaga. Meskipun ia
memiliki ratusan ribu orang murid, namun hanya 40 orang yang berbaiat
pertama kali kepada Hadhrat Masih Mau'ud as. Padahal Maulwi Sanaullah
(yang di kemudian hari menjadi penentang) pernah menulis bahwa ia
telah berjalan ke Qadian untuk berjumpa dengan Hadhrat Masih Mau'ud as
setelah penerbitan buku Barahin Ahmadiyah dan Maulwi Muhammad Hussain
Batalwi (juga menjadi seorang penentang) juga pernah menulis bahwa
tidak ada seorang pun dalam 1300 tahun ini yang telah mengkhidmati
Islam seperti Hadhrat Masih Mau'ud as.
Bahkan sekarang, banyak pengelola saluran (televisi) yang menyatakan
diri Islami mengatakan bahwa sungguh beliau as (Pendiri Ahmadiyah)
pada masa kehidupan beliau as telah mengkhidmati Islam dengan baik
namun kemudian – Naudzubillah – beliau menjadi rusak. Orang-orang yang
mengatakan ini buta mata rohani dan tidak memiliki pengetahuan.
Alih-alih mencari pertolongan Allah Ta'ala, mereka telah masuk ke
dalam kegelapan mereka sendiri.
Kita berdoa semoga Allah Ta'ala Suatu ketika rumah tempat terjadinya baiat pertama di Ludhiana
disebut-sebut dalam Majlis Syura Jemaat tahun 1931. Hadhrat Mushlih
Mau'ud ra bersabda kepada para anggota Majlis Syura bahwa beliau
menganggap rumah di Ludhiana tempat terjadinya baiat pertama sangat
penting dan Hadhrat Masih Mau'ud as telah secara khusus
menyebutkannya, "باب اللُدّ" sebagai suatu tempat Dajjal akan dibunuh
berdasarkan Nubuatan Nabi saw, artinya tempat di dalamnya para
penentang dan Dajjal dieliminasi (dihabiskan). Jemaat harus menaruh
perhatian secara khusus pada tempat Hadhrat Masih Mau'ud as untuk
mengambil baiat. Ketika Hadhrat Khalifatul Masih I ra meminta Hadhrat
Masih Mau'ud as untuk mengambil baiat, beliau as memilih Ludhiana
sebagai tempat pelaksanaan pengambilan baiat.
Hadhrat Sufi Jan Sahib yang kepadanya Allah Ta'ala telah berikan
pandangan masa depan untuk dapat mengenali Hadhrat Masih Mau'ud as
juga berasal dari Ludhiana dan istri dari Hadhrat Khalifatul Masih I
ra merupakan putri beliau. Hadhrat Mushlih Mau'ud ra bersabda bahwa
beliau ingin melihat tempat yang dipilih dan nama-nama dari 40 orang
yang berbaiat tertulis di sana. Dengan karunia Allah Ta'ala, sekarang rumah tersebut sudah ada di
tangan Jemaat. Meskipun saya tidak memiliki fakta dan datanya untuk
disampaikan, segala upaya sedang dilaksanakan untuk menjadikannya
sebagai monumen bersejarah sebagaimana yang Hadhrat Mushlih Mau'ud ra
inginkan.
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra menjelaskan perihal Ludhiana dan nubuatan
putra yang dijanjikan dengan bersabda bahwa Hadhrat Rasulullah saw
melihat mimpi yaitu diperlihatkan pada beliau seikat anggur surga dan
dikatakan bahwa itu adalah untuk Abu Jahal. Tafsir dari mimpi tersebut
adalah bahwa putra Abu Jahal, Ikrimah bin Abu Jahal, akan masuk Surga,
dan demikianlah yang telah terjadi. Allah Ta'ala telah menganugerahi
taufik kepada putra Abu Jalah itu untuk menjadi seorang pria yang
saleh dan mempersembahkan pengorbanan yang cemerlang di jalan agama.
Suatu ketika selama terjadinya suatu peperangan di masa awal Islam
[perang umat Islam melawan kekaisaran Romawi, perang Yarmuk, terjadi
pada akhir masa Khilafat Abu Bakr dan awal masa Khilafat Umar], umat
Kristen [yang mendukung kekaisaran Romawi] berada di atas angin. Umat
Muslim mengalami kondisi yang sulit. Anak-anak panah prajurit Romawi
melesat dan banyak mengenai mata-mata (penglihatan) para prajurit
Muslim. Banyak juga dari antara para sahabat yang disyahidkan.
Ikrimah tidak dapat menerima keadaan ini.
Setelah meminta izin kepada Qaid (komandan tempur) dan mendapatkan izin, beliau bersama 60
prajurit Muslim lainnya dengan gagah berani kemudian melompat ke
jantung pasukan musuh [pusat komando/pimpinan musuh] dalam peperangan
tersebut. Serangannya begitu kuat sehingga menyebabkan komandan musuh
melarikan diri dan terjadi kekacauan di pihak barisan pasukan musuh.
Namun demikian, Ikrima dan orang-orangnya juga menderita luka parah.
Orang Muslim yang bertugas memberikan air minum kepada orang-orang
yang terluka pun datang menghampirinya namun Ikrimah melihat Hadhrat
Suhail bin Amr sedang terluka dan memandang air itu. Beliau pun
meminta si pembawa air minum ini untuk terlebih dahulu mendatangi
Hadhrat Suhail memberikan air minum itu kepadanya. Ketika ia pergi ke
sana, Hadhrat Sohail meminta si pembawa air minum itu untuk pergi ke
Hadhrat Haris bin Hisham terlebih dahulu. Ketika si pembawa air itu
mendatangi Hadhrat Haris, ternyata beliau telah wafat. Kemudian ia
pergi ke Hadhrat Suhail, ternyata beliau pun juga telah wafat.
Akhirnya, ia pergi ke Ikrimah yang ternyata juga telah wafat. Dengan
demikian, jika ada seseorang penjahat, atau Ateis atau pendusta maka
tidak mungkin ada orang yang dapat mengatakan bahwa anak keturunan
orang semacam itu pasti akan sama dengan orang tuanya. Pendek kata,
nubuatan Allah Ta'ala terjadi dengan corak yang aneh. Di dalam firman
Allah terdapat kesaksian-kesaksian yang menjelaskan tema bahasannya,
jika tak ada di dalamnya kesaksian maka tak layak diterima. Tatkala
Hadhrat Rasulullah saw melihat mimpi tersebut, beliau saw terkejut dan
berkata dalam hati bagimana mungkin Abu Jahal akan berada di surga
mendapatkan seikat anggur. Namun, maksud dari mimpi itu ialah putra
Abu Jahal akan beriman dan mempersembahkan pengorbanan besar bagi
Islam.
Berkenaan dengan nubuatan Hadhrat Masih Mau'ud as tentang 'Mushlih
Mau'ud', pada diri nubuatan itu sendiri terdapat kesaksian-kesaksian
kebenaran yang banyak sebagaimana juga nubuatan-nubuatan lainnya.
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra bersabda bahwa pada saat disampaikannya
nubuatan tersebut, orang-orang Qadian bahkan tidak mengenal ayah dari
'Mushlih Mau'ud' ini. Mereka merasa Tn. Mirza Ghulam Murthadha, kakek
'Mushlih Mau'ud' (ayah Masih Mau'ud) hanya memiliki seorang putra
yakni Mirza Ghulam Qadir, uwak 'Mushlih Mau'ud', kakak Masih Mau'ud.
Dengan demikian, seseorang yang tak dikenal itu yakni Hadhrat Mirza
Ghulam Ahmad menubuatkan bahwa Allah Ta'ala akan menganugerahinya
anak-anak yang akan berumur panjang, dan diantara anak-anaknya
terdapat seseorang yang akan menyebarluaskan namanya (nama ayahnya,
Mirza Ghulam Ahmad) ke pelosok-pelosok dunia dan melaluinya pesan
dakwah Islam akan sampai ke penjuru-penjuru negeri di dunia! Dapatkah
ada seseorang di dunia ini yang mampu berkata-kata seperti itu dari
dirinya sendiri?
Nubuatan tersebut juga mengatakan bahwa ia akan membuat 3 menjadi 4
yang juga berarti bahwa kelahiran Hadhrat Mushlih Mau'ud terjadi pada
tahun keempat nubuatan tersebut. Sungguh, beliau lahir pada 12 Januari
1889 dan pada 23 Maret 1889, Hadhrat Masih Mau'ud as mengambil baiat
dari para pengikutnya. Nubuatan ini sangat terkenal di kalangan Jemaat
kita dan juga di luar Jemaat. Orang-orang biasa menanyakan siapakah
anak yang dimaksud tersebut? Nubuatan itu menyebutkan nama Mahmud dan
Bashir Tsani sehingga Hadhrat Mushlih Mau'ud ra dinamai Bashiruddin
Mahmud Ahmad.
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra pergi ke Ludhiana untuk menyatakan diri
bahwa sungguh beliau-lah Sang Pembaharu Yang Dijanjikan tersebut.
Jemaat mempunyai hubungan dengan kota Ludhiana dalam beberapa segi.
Pertama; kota ini merupakan tempat terjadinya baiat pertama oleh
Hadhrat Masih Mau'ud as. Kedua, kota itu juga merupakan tempat
berlangsungnya pernikahan Hadhrat Khalifatul Masih I ra dengan putri
Hadhrat Tn. Sufi Jan dan ketiga anak yang disebutkan dalam nubuatan
'Mushlih Mau'ud' tersebut lahir dari istri Hadhrat Masih Mau'ud as
yang telah tinggal di Ludhiana.
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra berkata bahwa beliau ingat pernah tinggal
sebentar di Ludhiana ketika berumur 2 tahun dan ingat bahwa rumah
beliau langsung bersebelahan dengan jalan raya. Hanya satu peristiwa
yang beliau ingat yakni ketika beliau sedang berada di luar rumah, ada
seorang anak kecil melemparkan seekor kadal mati kepada beliau. Hal
tersebut membuat beliau takut dan lari pulang sambil menangis.
Ahmadiyah mempunyai hubungan dengan kota Ludhiana dalam beberapa segi.
Ludhiana sungguh merupakan tempat yang sangat berarti. Sebagaimana
biasanya, hal-hal yang berasal dari Allah Ta'ala senantiasa mendapat
penentangan. Setelah nubuatan ini, diadakan pertemuan di berbagai
tempat/kota lain namun tidak ada satu pun terjadi penentangan.
Akan tetapi, ketika Hadhrat Mushlih Mau'ud ra datang ke Ludhiana dan
mengumumkan bahwa beliau merupakan seorang Mushlih Mau'ud dan dengan
demikian nubuatan tersebut menjadi tergenapi. Beliau mengalami reaksi
permusuhan dari orang-orang di kota tersebut. Mereka yang melakukan
olok-olok melakukannya karena lupa akan ajaran Hadhrat Rasulullah saw.
Namun, nubuatan Hadhrat Masih Mau'ud tergenapi dengan segala
kemuliaannya. Doa semoga Allah Ta'ala menganugerahi penduduk Ludhiana
taufik untuk mengimani Hadhrat Masih Mau'ud as dan menjadikan mereka
yang menentang sebagai orang-orang yang berdiri di pihak beliau as.
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra meriwayatkan perihal salah seorang Shahabat
Hadhrat Masih Mau'ud, Hadhrat Mian Abdullah Sahib Sanori yang memiliki
kecintaan dan ikatan mendalam terhadap beliau as. Suatu kali beliau
datang ke Qadian dan Hadhrat Masih Mau'ud as memberinya sebuah tugas.
Ketika cutinya habis, beliau meminta izin kepada Hadhrat Masih Mau'ud
as untuk kembali pulang. Hadhrat Masih Mau'ud as memintanya untuk
tetap tinggal. Sanori Sahib meminta kepada kantornya untuk
memperpanjang cutinya namun permintaan beliau tersebut tidak diterima.
Beliau menceritakan hal ini kepada Hadhrat Masih Mau'ud as namun
beliau as memintanya untuk tetap tinggal. Sanori Sahib menulis surat
ke kantornya bahwa beliau tidak dapat kembali dan akibatnya, pihak
kantor menghentikannya dari pekerjaan. Sanori Sahib menetap di Qadian
selama yang Hadhrat Masih Mau'ud as inginkan. Ketika kembali pulang,
beliau mendapati bahwa karyawan yang memecatnya tadi tidak diberi
wewenang untuk melakukan hal tersebut. Sehingga beliau tidak hanya
mendapatkan kembali pekerjaannya, namun juga memperoleh gaji beliau
yang tertunda.
Sahabat Hadhrat Masih Mau'ud as lainnya yakni Hadhrat Tn. Munshi Zafar
Ahmad dari Kaporthala. Beliau bekerja di pengadilan. Tn. Munshi Zafar
Ahmad ini datang ke Qadian untuk bertemu dengan Hadhrat Masih Mau'ud
as. Kemudian beliau meminta izin pulang pada hari ketiga. Akan tetapi
Hadhrat Masih Mau'ud as memintanya untuk tetap tinggal.
Sebulan berlalu. Tidak ada lagi pekerjaan dan beliau menerima berbagai
surat teguran keras dari atasan beliau. Beliau begitu senang berada di
kalangan para sahabat Hadhrat Masih Mau'ud as sehingga beliau tidak
mempedulikan apapun dan tidak ada pula merasa ragu. Ketika menerima
surat teguran keras lainnya, beliau menceritakannya kepada Hadhrat
Masih Mau'ud as. Beliau as memintanya untuk menjawab surat tersebut
dan mengatakan bahwa beliau tidak dapat kembali. Selang satu bulan
kemudian, Hadhrat Masih Mau'ud as mengatakan kepada Hadhrat Tn. Munshi
bahwa beliau sekarang boleh pulang. Setibanya di Kaporthala, Hadhrat
Tn. Munshi pergi mengunjungi Hakim untuk melihat reaksinya. Hakim
tersebut berkata, "Mirza Sahib pasti tidak mengizinkan engkau untuk
kembali dan perintahnya harus didahulukan!"
Hadhrat Mushlih Mau'ud ra bersabda bahwa sekelompok orang ini (yaitu
Jemaat ini) membangun teladan luhur dalam hal kecintaan yang mendalam
sehingga membuat kita tidak malu di depan Jemaat-Jemaat para Nabi di
masa lalu. Di kalangan para anggota Jemaat kita bisa jadi terdapat
kelemahan dan mereka lalai namun jika para sahabat Hadhrat Musa as
menampilkan di depan kita teladan mereka, kita juga dapat
memperlihatkan teladan para anggota Jemaat ini yang sebanding dengan
mereka. Demikian pula, jika pada hari Kiamat para Hawari (sahabat)
Hadhrat Isa as memperlihatkan/menunjukkan karya dan perbuatan agung
mereka, kita juga dengan bangga dapat menampilkan teladan para sahabat
kami.
Ketika Hadhrat Rasulullah saw bersabda bahwa beliau tidak dapat
membedakan antara umat beliau saw dengan umat Imam Mahdi. [1]
Mereka adalah orang-orang yang senantiasa siap memberikan berbagai
macam pengorbanan seperti Hadhrat Abu Bakar ra, Hadhrat Umar ra,
Hadhrat Usman ra dan Hadhrat Ali ra serta para Shahabat Nabi saw
lainnya. Mereka juga senantiasa siap sedia memikul segala jenis
musibah dan penderitaan di jalan Allah Ta'ala.
Lihatlah teladan Hadhrat Khalifatul Masih I ra yang mendapatkan
kedudukan yang khas di dalam Jemaat. Pengorbanan beliau sungguh sangat
besar. Ketika beliau datang ke Qadian untuk mengunjungi Hadhrat Masih
Mau'ud as, pekerjaan dan tanggung jawabnya untuk kembali pulang di
Bhaira sangat besar. Ketika beliau meminta izin untuk pulang, Hadhrat
Masih Mau'ud as memintanya untuk tetap tinggal. Hadhrat Khalifatul
Masih I ra bahkan tidak pulang sama sekali meskipun hanya untuk
membawa barang-barang beliau dari Bhaira. Beliau ra malah meminta
tolong kepada seseorang untuk mengambilkannya. Inilah pengorbanan yang
menjadikan Jemaat ini istimewa di hadapan Allah Ta'ala. Inilah
kedudukan yang hendaknya setiap orang dari kita harus berusaha
mencapainya.
Keimanan filosofis saja yang dimiliki seseorang tidak dapat
menjadikannya sebagai orang yang memberikan manfaat apapun. Iman yang
memberikan manfaat bagi manusia ialah keimanan yang memberikan
(dihiasi dengan) kelezatan isyq dan mahabbah (kecintaan). Sementara
pada saat yang sama seorang filosof (orang yang berfalsafah/filsafat)
dengan pernyataan kecintaannya, padanya tidak terdapat keteguhan yang
lebih, itu tak lebih dari diskursus/wacana perdebatan filosofis karena
ia tidak berpandangan dengan mata hati melainkan berpandangan dengan
mata akal saja, tetapi seseorang yang mengenal kebenaran dari Allah
Ta'ala dan mengenal sya'aa-iruLlah (syiar-syiar Allah) dengan mata
hatinya dan bukan dengan mata akalnya tidak dapat dibohongi/ditipu
oleh siapapun karena pikiran mengilhami filsafat sedangkan hati
mengilhami kecintaan yang mendalam.
Semoga Allah Ta'ala memungkinkan kita untuk mengenal Imam Zaman dengan
mata hati kita dan semoga kita tetap teguh dalam keimanan kita dan
kita selamanya menjadi orang-orang yang mengenali sya'aa-iruLlah
(syiar-syiar Allah) dan semoga Syaithan tidak pernah dapat memperdayai
kita.
Shalat jenazah ghaib diumumkan bagi seorang Darwaisy, Maulwi Khushid
Ahmad Sahib yang meninggal dunia pada 24 Juli berusia 94 tahun.
Penenrjemah: Hafizurrahman; editor: Dildaar Ahmad Dartono
________________________________
[1] Sunan At-Tirmidzi, Kitab al-Amtsal (mengenai perumpamaan); Dari
Anas berkata: "Rasulullah saw bersabda: :«مَثَلُ أُمَّتِي مَثَلُ
الْمَطَرِ لاَ يُدْرَى أَوَّلُهُ خَيْرٌ أَمْ آخِرُهُ». 'Matsalu ummatii
matsalul mathari laa yudraa awwaluhu khairun am akhiruhu.' -
'Perumpamaan umatku seperti hujan tidak diketahui mana yang lebih
baik, awalnya atau akhirnya.'" (Yakni, masing-masing dari kedua zaman
itu memiliki keagungannya yang tersendiri).
Ringkasan Khotbah Jumat
Sayyidina Amirul Mu'minin, Hadhrat Mirza Masrur Ahmad
Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta'ala binashrihil 'aziiz
tanggal 31 Juli 2015 di Masjid Baitul Futuh, Morden, London, UK.
_________________________
[1] Sunan At-Tirmidzi, Kitab al-Amtsal (mengenai perumpamaan); Dari
Anas berkata: "Rasulullah saw bersabda: :«مَثَلُ أُمَّتِي مَثَلُ
الْمَطَرِ لاَ يُدْرَى أَوَّلُهُ خَيْرٌ أَمْ آخِرُهُ». 'Matsalu ummatii
matsalul mathari laa yudraa awwaluhu khairun am akhiruhu.' -
'Perumpamaan umatku seperti hujan tidak diketahui mana yang lebih
baik, awalnya atau akhirnya.'" (Yakni, masing-masing dari kedua zaman
itu memiliki keagungannya yang tersendiri).
Ringkasan Khotbah Jumat
Sayyidina Amirul Mu'minin, Hadhrat Mirza Masrur Ahmad
Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta'ala binashrihil 'aziiz
tanggal 31 Juli 2015 di Masjid Baitul Futuh, Morden, London, UK.
0 comments:
Posting Komentar