Enam Pilar Keimanan Seorang Muslim Di antara enam pilar keimanan seorang muslim.
Seorang Muslim adalah meyakini akan ketentuan dan ketetapan Allah yang lazim disebut qadla-qadar. Artinya, keimanan seseorang diindikasikan sempurna ketika ia yakin akan keputusan Allah yang berimplikasi pada sikap menerima, apapun wujudnya baik yang sesuai dengan kehendak diri atau pun tidak.
Namun, pada kenyataannya, kebanyakan manusia hanya mampu menerima takdir yang sesuai dengan keinginan.
Adapun sikap kurang etis sebagai seorang muslim terlihat ketika mendapat sesuatu yang tidak diharapkan. Sikap menyesali diri, mencari kambing hitam, distress bahkan eutress, marah-marah, high temperament, dll., selalu menyertai realitas yang tidak bersahabat tersebut. Sedikit sekali orang menerima dengan senang hati kenyataan yang tidak sesuai maksud hati.
Ketetapan Allah dibagi menjadi dua, yaitu mubram dan mu'allaq atau ikhtiariy. Mubram adalah ketetapan Allah secara mutlak dan tidak terkait dengan hukum kausalitas. Misalnya, waktu kematian, masa tua, kelahiran, dll..
Sedangkan mu'allaq berarti adanya keterkaitan antara ikhtiar manusia dengan realitas yang terjadi. Mencita-citakan kekayaan tidak akan terwujud dengan hanya berpangku tangan. Mengharapkan mendapat prestasi baik tidak akan terbeli dengan sikap malas dan memelas. Mendambakan suami shalih/istri shalihah tidak akan tercapai hanya dengan mencari akses kesana kemari, sedangkan diri tidak dievaluasi dan diperbaiki. Itulah contoh ketetapan yang mesti diupayakan terlebih dahulu.
Tetapi, dilarang menggugat Allah ketika usaha dirasa sudah maksimal sedangkan hasilnya minimal. Karena dalam kejadian tersebut ada hikmah yang bisa diambil. Mungkin saja apa yang kita inginkan bukanlah yang terbaik untuk diri kita sehingga Allah menyiapkan sesuatu yang lain yang membawa maslahat untuk dunia-akhirat kita. Tetapi, hanya orang yang berkeyakinan mantap lah yang mampu menerima hal ini dan semoga kita termasuk di dalamnya.
PAM-mubarak
Seorang Muslim adalah meyakini akan ketentuan dan ketetapan Allah yang lazim disebut qadla-qadar. Artinya, keimanan seseorang diindikasikan sempurna ketika ia yakin akan keputusan Allah yang berimplikasi pada sikap menerima, apapun wujudnya baik yang sesuai dengan kehendak diri atau pun tidak.
Namun, pada kenyataannya, kebanyakan manusia hanya mampu menerima takdir yang sesuai dengan keinginan.
Adapun sikap kurang etis sebagai seorang muslim terlihat ketika mendapat sesuatu yang tidak diharapkan. Sikap menyesali diri, mencari kambing hitam, distress bahkan eutress, marah-marah, high temperament, dll., selalu menyertai realitas yang tidak bersahabat tersebut. Sedikit sekali orang menerima dengan senang hati kenyataan yang tidak sesuai maksud hati.
Ketetapan Allah dibagi menjadi dua, yaitu mubram dan mu'allaq atau ikhtiariy. Mubram adalah ketetapan Allah secara mutlak dan tidak terkait dengan hukum kausalitas. Misalnya, waktu kematian, masa tua, kelahiran, dll..
Sedangkan mu'allaq berarti adanya keterkaitan antara ikhtiar manusia dengan realitas yang terjadi. Mencita-citakan kekayaan tidak akan terwujud dengan hanya berpangku tangan. Mengharapkan mendapat prestasi baik tidak akan terbeli dengan sikap malas dan memelas. Mendambakan suami shalih/istri shalihah tidak akan tercapai hanya dengan mencari akses kesana kemari, sedangkan diri tidak dievaluasi dan diperbaiki. Itulah contoh ketetapan yang mesti diupayakan terlebih dahulu.
Tetapi, dilarang menggugat Allah ketika usaha dirasa sudah maksimal sedangkan hasilnya minimal. Karena dalam kejadian tersebut ada hikmah yang bisa diambil. Mungkin saja apa yang kita inginkan bukanlah yang terbaik untuk diri kita sehingga Allah menyiapkan sesuatu yang lain yang membawa maslahat untuk dunia-akhirat kita. Tetapi, hanya orang yang berkeyakinan mantap lah yang mampu menerima hal ini dan semoga kita termasuk di dalamnya.
PAM-mubarak
0 comments:
Posting Komentar